Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fragmen Emosi Joe Taslim

Kompas.com - 14/08/2016, 16:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Johannes Taslim atau Joe Taslim (35) membuktikan tak pernah ada kata terlambat dalam hidup. Baru lima tahun menapaki karier di dunia perfilman, namanya sudah melambung.

Bertolak dari film The Raid: Redemption (2011), namanya dikenal di kancah internasional, sebelum kemudian bermain peran di Hollywood dalam "Fast & Furious 6" (2013) dan yang terbaru film Star Trek Beyond (2016).

Ditemui setelah acara nonton bareng Star Trek Beyond di Jakarta, Joe menyebut keberhasilannya adalah keberuntungan.

"Ini film legendaris dan saya bangga. Aktor Indonesia keren-keren, mungkin saya lebih beruntung. Masih banyak yang harus saya kembangkan, harus saya buktikan. Karier saya ada dua: di Indonesia dan Hollywood. Harus seimbang," ujar Joe yang juga duta merek produk perawatan kulit Garnier Men.

Star Trek Beyond membawanya bekerja keras menekuni proses shooting selama lebih kurang empat bulan di Los Angeles, Amerika Serikat, dan sepekan di Kanada.

Seorang diri jauh dari keluarga, ia sering kali hanya tidur dua jam setiap hari.

Pukul 02.00 dini hari, Joe sudah dijemput untuk melakoni peran sebagai Manas, musuh Kapten James T Kirk yang diperankan Chris Pine.

Sebagai Manas, Joe yang biasanya tak bisa diam harus rela duduk hingga empat jam ketika dirias tim special effect. Wajahnya yang ganteng segera tertutup topeng superberat. "Sebelum kerja, sudah penuh tantangan saat prosesnya. Ngantuk, capek, dan jet lag. Belum lagi, pada saat memainkan karakter harus berhadapan dengan aktor besar. Siapalah saya ini?" kata Joe.

Kecintaan pada akting membuatnya terlecut untuk bersungguh-sungguh.

Sebagai aktor, Joe sadar bahwa dia tidak akan dilirik sebelum memberikan semangat serta talenta.

"Walau saya nobody, pada saat main saya beri yang terbaik. Totalitas sebagai aktor, totalitas sebagai a good human being. Saya bawa budaya Indonesia dan hormat kepada siapa pun. Saya mainkan karakter sebaik mungkin. Jika bekerja yang terbaik, respect itu akan ada," ujarnya.

Persentuhan Joe dengan Hollywood dimulai dari totalitasnya ketika berakting sebagai Sersan Jaka dalam The Raid: Redemption.

Sutradara Star Trek Beyond, Justin Lin, ternyata sempat menonton dan berujar kepada dirinya sendiri, "Suatu saat, saya harus main bareng dia (Joe)".

Kesempatan bagi Joe untuk bekerja sama dengan Justin kemudian dimulai dalam Fast & Furious 6 sebelum berlanjut di Star Trek Beyond.

Justin, menurut Joe, tertarik kepada kemampuan aktingnya ketika memerankan Sersan Jaka.

Meski tidak pernah menang ketika bertarung, Jaka bisa mempertontonkan keseimbangan watak sebagai orang yang keras, tetapi juga bisa juga lembut.

"Sebagai aktor muda, dari segi umur dan pengalaman, ini suatu tantangan. Mereka memercayakan dan saya buktikan enggak salah. Aktor Indonesia bisa berkreasi dan enggak kalah dengan yang lain. Tantangan yang berharga, tetapi worth it," katanya.

Keseimbangan hidup
Ketika ditanya dari mana datangnya keseimbangan tersebut, Joe berseloroh, "Dari beban hidup yang menderita inilah. Ha-ha-ha.... Dari pengalaman hidup, saya lumayan peka. Zodiak saya Cancer, sensitif. Dalam dunia keaktoran, bisa merasakan yang orang lain rasakan. Bisa memosisikan diri saya jadi orang lain. Ada dimensi lain yang bisa kita beri."

Sebagai satu dari segelintir aktor Indonesia yang bisa menembus industri film di Hollywood, Joe mengaku tetap ada tekanan berat terutama untuk memberi citra positif.

"Market Asia besar dan butuh perwakilan orang yang mumpuni secara akting, mumpuni secara personality. Mostly, Asia diwakili aktor Jepang, Korea, atau China. Indonesia sangat jarang disentuh. Sekarang peluangnya semakin besar," kata Joe.

Pengalaman menjalani shooting di Hollywood juga memberi warna berbeda.

Seorang diri di negeri orang, waktu hariannya habis dengan sesuatu yang produktif.

Pagi hari-kala tak ada kesibukan shooting-ia biasa berlari pagi.

Untuk mengisi waktu luang pada jeda di antara shooting, Joe sengaja membeli keyboard mini lalu belajar piano dari nol sampai bisa menguasai.

Ketekunan memulai sesuatu dari nol itu pula yang dijalani ketika menjajal profesi sebagai aktor. Sebelumnya, Joe selama 15 tahun menjadi bagian dari tim nasional judo. Mengikuti jejak kakaknya yang juara nasional judo, ia belajar wushu dan taekwondo sebelum kemudian mengharumkan nama Indonesia ketika meraih medali emas di South East Asia Judo Championship (1999) dan medali perak SEA Games (2007).

"Saya mencintai judo luar biasa dan jadi bagian dari saya sampai sekarang. Awalnya enggak cinta. Cuma senang-senang. Dibanding sok jago, kita jadi semakin lembek. Karena tahu kalau kita gerakin kekuatan kita, dia akan cedera. Diinjak kita kuat. Diangkat bisa jatuh besok. Memperkuat karakter. Pernah merasa kalah, jatuh, menang, dimusuhi, ditindas.... Semua jadi fragmen penting emosional yang bisa membantu saya di dunia akting," ujar Joe yang sejak kecil menggemari buku silat Kho Ping Hoo.

Sejak kecil, Joe sebenarnya sudah tertarik dengan dunia keaktoran.

"Orangtua saya sederhana. Di Palembang enggak ada sekolah akting. Sekolah enggak telat bayar saja sudah bagus, apalagi sekolah akting. Tapi, enggak ada kata terlambat. Saya memulai karier unik, di atas 30 tahun. Keterbatasan saya untuk melakukan yang saya suka dan punya tanggung jawab terhadap negara selama 15 tahun di timnas. Setelah pensiun dari timnas, baru saya kejar cita-cita saya dan terbukti belum terlambat," ujarnya.

Film perdananya, Karma (2008), kemudian menjadi batu pijakan awal setelah sempat enam tahun selalu gagal lolos casting.

"Ngobrol sama teman- teman di Hollywood, kita enggak pernah tahu besok. Bisa saja enggak kerja lagi. Banyak aktor di luar negeri yang depresi. Aku dapat banyak kesenangan. Seperti anak kecil umur 8 tahun main hujan dan lumpur, kan, enggak takut sakit? I have so much fun. Memosisikan pekerjaan saya sebagai aktor seperti anak-anak main lumpur itulah. Karena sangat luar biasa senangnya," tutur Joe.

Dalam bermain lumpur itulah, Joe mewakilkan fragmen-fragmen emosi hidupnya. Fragmen yang melahirkan karya keaktoran yang menembus batas negara.... (Mawar Kusuma)

Johannes Taslim atau Joe Taslim
Lahir:
Palembang, 23 Juni 1981

Film yang dibintangi:
Star Trek Beyond (2016)
La Tahzan (2013)
Fast & Furious 6 (2013)
Dead Mine (2012)
The Raid: Redemption (2011)
Rasa (2009)
Karma (2008)

Penghargaan:
Medali emas South East Asia Judo Championship (1999)
Medali perak SEA Games (2007)
Medali emas Pekan Olahraga Nasional (2008)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 Agustus 2016, di halaman 17 dengan judul "Fragmen Emosi Joe Taslim".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com