Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepahlawanan tanpa Kekerasan

Kompas.com - 06/11/2016, 19:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Karena keyakinannya, Desmond T Doss sama sekali tidak mau memegang senjata. Ketika ditugaskan ke medan perang, dia memilih jalannya sendiri dengan menyelamatkan para prajurit yang terluka.

Inilah wajah kepahlawanan yang ditampilkan dalam Hacksaw Ridge, film biografis Perang Dunia II arahan sutradara Mel Gibson.

Lama tak terdengar kiprahnya, Gibson kembali dengan kejutan film perang yang diangkat dari kisah nyata.

Dengan riwayat penyutradaraan sebelumnya, seperti Apocalypto (2006), The Passion of the Christ (2004), dan Braveheart (1995), para penonton bakal bisa memperkirakan seperti apa wujud film perang tersebut.

Hacksaw Ridge mengisahkan tentang Doss (diperankan Andrew Garfield), paramedis perang dalam Angkatan Darat Amerika Serikat.

Tak hanya penyintas Perang Dunia II, Doss juga diangkat sebagai pahlawan perang karena jasanya menyelamatkan para tentara AS yang terluka saat Pertempuran Okinawa, Jepang, tahun 1945.

Dia menolak perintah komandannya untuk mengangkat senjata dan dijuluki pembangkang (conscientious objector).

Keteguhannya untuk tidak mengangkat senjata membuat dia dibenci rekan satu kompinya, bahkan sempat membuatnya dipenjara dan tidak bisa menghadiri pernikahannya dengan Dorothy Schutte (Teresa Palmer).

"Saat yang lain merenggut nyawa, mungkin aku bisa menyelamatkan nyawa," kata Doss.

Sampai akhirnya, mahkamah militer memberi dia hak untuk tidak mengangkat senjata dan menjalani pelatihan sebagai dokter perang.

Bersama Divisi Infanteri 77, Doss ditugaskan ke Okinawa menggantikan pasukan sebelumnya untuk merebut Hacksaw Ridge.

Hacksaw Ridge berupa punggung bukit dengan tebing tegak lurus. Di baliknya, tentara Jepang mengintai di tengah kabut.

Sejumlah sumber sejarah menyebutkan, tempat ini merupakan titik terjadinya pertempuran selama dua pekan antara tentara AS dan Jepang.

Tebing curam, dengan banyak goa dan terowongan di dalamnya, Hacksaw Ridge disebut-sebut sebagai lokasi pertempuran paling mematikan.

Film berdurasi 138 menit ini seakan terbagi dua babak.

Sekitar satu jam pertama, penonton disuguhi latar belakang kehidupan Doss. Mulai dari dia kecil, remaja, hingga masuknya dia ke militer. Ayahnya veteran perang dan pemabuk.

Gibson memberi penonton adegan yang mengocok perut, terutama dengan kehadiran Sersan Howell (Vince Vaughn) yang galak.

Dia menjuluki prajuritnya dengan nama-nama aneh, misalnya Chief Indian kepada seorang prajurit keturunan Polandia dan Prajurit Pohon Jagung kepada Doss yang kurus kering untuk ukuran tentara.

Perang yang sadis
Tibalah saat yang menegangkan. Selama paruh kedua film, Gibson menyuguhi penonton dengan adegan perang yang sadis.

Luka-luka, darah, potongan tubuh yang mengerikan terlihat sangat detail dan mengerikan.

Layar dibanjiri dengan tembakan senapan, dentuman granat, ledakan mortir, teriakan menyayat prajurit terluka atau tewas, dan kobaran api, yang tidak ada jedanya.

"Paramedis, paramedis," teriak para prajurit yang luka. Saat itulah Doss pontang-panting menolong mereka.

Pada malam saat perang berhenti dan sebagian besar prajurit sudah turun dari Hacksaw Ridge, Doss yang masih berada di atas tebing beraksi. Seorang diri dia mencari korban yang terluka, tetapi masih hidup.

Di tengah ketakutan, tanpa senjata di tangan, dia mencari satu per satu tentara dari kompinya.

Setelah menemukannya, dia akan menurunkan prajurit luka dengan tambang dari atas bukit.

"Bantu aku menolong satu orang lagi," demikian doa Doss di tengah kelelahan dan ketakutan. Lalu satu lagi, satu lagi, satu lagi.

Berdasarkan catatan sejarah, total sebanyak 75 prajurit yang diselamatkan Doss sendiri, termasuk Sersan Howell.

Bahkan, dia juga menyelamatkan dua tentara Jepang, tetapi akhirnya mereka tak bertahan hidup.

Atas jasanya ini, dia mendapat anugerah Medal of Honor yang diberikan oleh Presiden Harry S Truman.

Dia salah satu pembangkang yang memperoleh anugerah tertinggi dalam militer AS ini.

Film ini digambarkan sebagai film anti perang. Namun, horor dan kengeriannya demikian kental terasa.

Gibson, dalam beberapa wawancara setelah pembuatan film, mengatakan ingin memberi pengalaman yang paling mendekati kenyataan kepada penonton tentang apa yang dialami para veteran perang dan apa yang mereka korbankan.

Akting Garfield pun mengesankan. Pemeran Eduardo Saverin dalam The Social Network serta Peter Parker dalam The Amazing Spider-Man dan The Amazing Spider-Man 2 ini berada dalam daftar pertama pilihan Gibson untuk memerankan Doss.

Dengan wajah yang terlihat polos dan butuh perlindungan itu, Garfield bisa menampilkan raut keteguhan niat dalam menjalani apa yang diyakininya.

Adapun Vaughn, yang lebih banyak dikenal lewat film komedi, seperti The Break-Up (2006) dan The Internship (2013), memberi warna tersendiri dalam film ini.

Di balik teriakannya yang galak, tersimpan kata-kata yang mengundang tawa, bahkan di tengah adegan perang sekalipun.

Di AS, film ini dikategorikan R atau restricted (17 tahun ke atas) karena adegan kekerasan yang ekstrem.

Sejumlah pengamat film memperkirakan film ini dipersiapkan untuk menyabet Piala Oscar. (FRANSISCA ROMANA NINIK)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 November 2016, di halaman 24 dengan judul "Kepahlawanan Tanpa Kekerasan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau