Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ivan Nestorman: Ini Flores Bung, Ini Indonesia

Kompas.com - 24/12/2016, 19:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ivan Nestorman ikut memperkaya khazanah musik di Indonesia dengan lagu berbahasa Manggarai serta musik serapan dari musik etnis di Nusa Tengara Timur. Rasa khas "Flores" ia nyanyikan sebagai bagian dari wajah budaya Indonesia.

Suasana pesta rakyat terasa di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Palmerah Selatan, Kamis (22/12) malam. Saat itu sedang digelar program Musik Kamisan dengan tajuk "The Sound of Flores", menampilkan Ivan Nestorman dan kawan-kawan.

Pria kelahiran Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu bernyanyi dalam bahasa Manggarai. Ia mengajak kawan-kawannya, drummer Gilang Ramadhan, gitaris Donny Suhendra, basis Adi Darmawan, dan seniman suling Saat Syah.

Pada pengujung acara, puluhan orang, baik tua, muda, maupun anak-anak, menari Ja'i, tarian pergaulan dari Ngada, kemudian bersambung dengan tari Dolo-dolo dari Flores Timur, NTT. Di antara yang asyik menari itu tampak Shahnaz Haque dan suaminya, Gilang Ramadhan. Mereka tampak begitu menikmati tarian seiring lagu "Mogi" dan "Lui" yang dibawakan Ivan dan kawan-kawan.

Suasana "Flores" terasa lewat musik, tari, dan kostum yang dikenakan hadirin. Ada yang mengenakan sarung, kain, dan selendang khas NTT, bahkan ada yang mengenakan topi ti'ilangga yang terbuat dari daun pohon lontar.

Bahasa Manggarai yang digunakan Ivan dalam lirik lagunya menjadikan suasana Flores makin terasa.

Bahasa Manggarai

Sudah 25 tahun ini Ivan setia dengan pilihan menggunakan bahasa Manggarai sebagai lirik lagunya. Dia punya misi untuk merawat bahasa ibu sebagai bagian dari kekayaan budaya di Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Manggarai ia berharap orang mengenal kultur Flores sebagai bagian dari Indonesia.

Bahasa Manggarai "hanya" digunakan di tiga kabupaten di Nusa Tenggara Timur, yaitu Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Jumlah penduduk di tiga kabupaten tersebut kurang dari satu juta jiwa. Relatif sedikit jika jumlah pengguna bahasa dijadikan sebagai target pasar untuk musik Ivan. Orang Maumere yang berada di satu pulau Flores pun tidak memahami bahasa Manggarai.

Namun, bagi Ivan, musik tidak hanya dinikmati dari aspek makna verbal, atau arti harfiah dari lirik-lirik lagu. Nyatanya dalam pergelaran Maumere Jazz Fiesta Flores di Maumere, September lalu, orang-orang Maumere berdansa-dansi menikmati lagu-lagu Ivan.

Nyatanya pula, Ivan bisa bermain di banyak kota di negeri ini, bahkan juga sampai ke London dan New York dengan lagu-lagu berbahasa Manggarai. Begitu juga di Bentara Budaya Jakarta, penonton dari beragam latar belakang bisa menari-nari dengan gembiranya.

"Bunyi bahasa Flores atau Manggarai itu enak untuk pelafalan saya. Sound imagery-nya (citra dengaran) enak. Bahasa Manggarai juga terdengar perkusif," kata Ivan yang mengaku banyak terpengaruh gaya penyanyi Bob Marley, Djavan dari Brasil, dan Lokua Kansa dari Mozambik.

Rupanya, bahasa Manggarai dalam suara Ivan berkenan di telinga para musisi. Di telinga drummer Gilang Ramadhan, bahasa Manggarai terdengar ritmis dan musikal. Bersama Gilang, Ivan membuat album Nera (2005).

Dalam Nera, Ivan berperan sebagai penulis lagu serta menyanyi dalam bahasa Manggarai. Ivan mengolah elemen kultur Flores lewat cara bernyanyi. Ia memasukkan unsur yodel ala Flores, gaya nyanyi dari suara natural yang diselingi falsetto.

Sebelumnya, pada 1996 Erwin Gutawa melibatkan Ivan dalam album Chrisye Akustik dalam lagu "Jamrud Khatulistiwa". Pada lagu tersebut, Ivan memasukkan cual, semacam tuturan vokal tradisi Flores dalam lagu. Lirik Manggarai dan vokal Ivan juga digunakan dalam album Lukisan (1996) dari grup jazz Simak Dialog. Ivan juga muncul di album Franky Sahilatua, Perahu Retak (1995), dalam lagu "Ewada".

"Saya bersyukur banyak teman yang melihat bakat saya dan mengajak saya dalam proyek etnis mereka. Teman-teman saya seperti Dwiki Dharmawan, Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, Adi Darmawan banyak memberi ilmu kepada saya."

Neotradisi

Lagu dalam bahasa Manggarai itu dikemas Ivan dengan musik yang ia sebut sebagai neotradisi. Ia menjadikan musik etnis sebagai inspirasi dan materi untuk bereksplorasi. Dalam hal ini, Ivan menjadikan musik di ranah kultural Nusa Tenggara Timur sebagai titik pijakan.

"Yang saya lakukan adalah memberi tafsiran baru, ekspresi baru terhadap motif-motif musik lokal," kata Ivan.

Dengan cara ini, Ivan ingin menempatkan elemen tradisi dalam konteks musik global hari ini. Di Bentara Budaya Jakarta, misalnya, kehadiran Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, dan Adi Darmawan menjadikan elemen Flores itu hadir dengan bahasa musik yang akrab di telinga publik hari ini.

Dari aspek komersial, lewat jurus neotradisi ini Ivan berharap mendapat akses pemutaran di media massa seperti radio dan televisi, alias "ramah radio" menurut Ivan.

"Memang bisa dibilang idealis di tengah kondisi musik industri yang ada saat ini. Tetapi, dengan pendekatan kekinian, musik neotradisi bisa disukai. Lagu 'Mogi' merupakan eksperimen yang berhasil buat saya," kata Ivan memberikan contoh.

Ivan mengakui, secara ekonomi, jika hanya mengandalkan bermain musik etnis, itu cukup berat untuk menopang hidup berkeluarga. Tetapi, seorang pemusik, kata Ivan, idealnya dilengkapi kemampuan lain. Ivan misalnya juga membuat aransemen lagu, membuat lagu iklan, atau tampil di pergelaran-pergelaran musik.

"Tuhan Maha Mencukupi, selama talenta dipakai dengan baik, Tuhan jaga hidup kita," katanya mantap.

Dengan bakatnya itu Ivan tidak sekadar menghidupi diri, tapi juga mengingatkan telinga orang akan akar budaya bangsanya lewat musik.

"Flores, Nusa Tenggara Timur, itu anak kandung Indonesia. Setiap bentuk ekspresinya mempertegas eksistensi keindonesiaan. Musikku mungkin hanya ranting, atau daun pohon, yang kehadirannya memperindah pohon Indonesia...."


Ivan Nestorman
Nama lahir: Flavius Nestor Embun ManLahir: 18 Februari 1967 di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur
Pendidikan: Jurusan Sastra Inggris, Universitas Nasional, Jakarta
Album: Return to Lamalera, Flores the Cape of Flower, From Flobamorata with Hope
Penghargaan: SCTV Award (bersama Nera), Nominasi Anugerah Musik Indonesia, Penghargaan Musik Kebudayaan dari Afrika Utara, Maroko

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Desember 2016, di halaman 16 dengan judul "Ini Flores Bung, Ini Indonesia".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com