Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewasa Itu Menakutkan

Kompas.com - 22/01/2017, 19:30 WIB

Film Girl Asleep diproduksi tahun 2015 dan meraih sejumlah penghargaan.

Dalam Adelaide Film Festival 2015, Girl Asleep menyabet Audience Award for Most Popular Feature. Pada Melbourne International Film Festival 2016, film ini meraih penghargaan The Age Critics Prize for Best Australian Feature Film.

Sementara dalam Seattle International Film Festival 2016, Girl Asleep dianugerahi Grand Jury Prize for Best Feature Film.

Pemutaran "Lion"
Selain Girl Asleep, beberapa film produksi Australia akan diputar dalam Festival Sinema Australia Indonesia 2017.

Salah satunya Lion, yang dinominasikan dalam empat kategori Golden Globe Awards untuk film drama terbaik, pemeran pembantu pria terbaik, pemeran pembantu wanita terbaik, dan skor asli terbaik.

Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata kehidupan Saroo Brierley yang diadaptasi dari bukunya, A Long Way Home.

Film lain adalah Spear (sutradara Stephen Page) tentang pemuda Aborigin yang mencari makna hidup dalam tradisi kuno di tengah dunia modern, Looking for Grace (sutradara Sue Brooks) yang berkisah tentang hilangnya gadis remaja dan usaha pencariannya, Satellite Boy (sutradara Catriona McKenzie) tentang seorang bocah yang berupaya menyelamatkan tempat tinggalnya di tengah padang gurun, serta The Ravens (sutradara Jennifer Perott) tentang pemulihan sebuah keluarga setelah sang ayah kembali dari medan perang.

Selain film-film Australia, film produksi Indonesia juga akan diputar dalam festival tersebut, di antaranya Sokola Rimba (sutradara Riri Riza) yang mengisahkan kehidupan anak-anak suku Anak Dalam, What They Don't Talk About When They Talk About Love (sutradara Mouly Surya) tentang kehidupan siswa-siswa tunanetra, dan Sendiri Diana Sendiri (sutradara Kamila Andini) tentang kehidupan seorang istri yang akan dipoligami.

Dalam konferensi pers awal pekan ini, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson mengatakan, festival ini merupakan perayaan tumbuhnya industri film di kedua negara.

"Saya ingin mendorong kerja sama di sektor kreatif di antara kedua negara dan saya kira dunia film banyak menawarkan peluang kerja sama," katanya.

Australia, ujar Grigson, pernah mengalami gelombang baru film tahun 1970-an. Kala itu, negara tersebut memproduksi hingga 420 film, termasuk Mad Max.

"Banyak film berbiaya rendah, tetapi kreatif, yang sering kali didukung pemerintah negara bagian setempat," katanya.

Tahun ini, lanjut dia, festival sinema ini lebih spesial karena diselenggarakan di tiga kota, yakni Jakarta (26-29 Januari), Makassar (28-29 Januari), dan Surabaya (4-5 Februari).

Selain itu, digelar pula kompetisi pembuatan film pendek oleh para sineas Indonesia.

Grigson mengungkapkan, kompetisi ini memberi kesempatan bagi para pembuat film untuk menunjukkan kepiawaian mereka.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau