Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Marvel Indonesia, Pusatnya Para Pecandu Tokoh Marvel

Kompas.com - 10/05/2017, 13:41 WIB
Sintia Astarina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Jika berkunjung ke Komplek Ruko D’Best Fatmawati, Jakarta Selatan, Anda akan menemukan sebuah toko dengan dua etalase kaca berisi action figure tokoh-tokoh Marvel.

Jika Anda adalah penggemar Iron Man, Spider-Man, Captain America, Avengers, Thor, dan tokoh-tokoh pahlawan super buatan Marvel Entertainment, selamat datang di markas Komunitas Marvel Indonesia.

Di lantai 2, Anda akan mendapati sebuah ruangan yang isinya serba Marvel. Mulai dari palu Thor yang dibuat oleh orang lokal, perisai Captain Amerika, ratusan action figure, baju, diorama buatan member komunitas, dan banyak lagi.

Selain bisa memanjakan mata dengan deretan koleksi yang bikin ngiler, pengunjung bisa memiliki collectible items tersebut.

Namun, sebelum memilih, perhatikanlah tanda "Not for Sale" yang ditempel di bagian atas lemari. Koleksi itu tak bisa dibeli karena sang pemilik tak bersedia melepasnya.

Minta izin ke Marvel Entertainment

Adalah Dedi Fadim, pemilik koleksi benda-benda yang berkaitan dengan Marvel tersebut. Ia juga yang mencetuskan lahirnya Komunitas Marvel Indonesia ini pada Agustus 2009, bersama keempat temannya yang lain.

Dedi bercerita bahwa mulanya ia senang membaca komik-komik Marvel, lalu berlanjut dengan mengoleksi berbagai action figure yang ia pajang di toko Marv’s Toys yang menjadi satu dengan markas Komunitas Marvel Indonesia.

“Jadi, waktu awal demen koleksi, terus berlanjut sampai sekarang. Saya juga bikin komunitas ini bareng-bareng sama teman, berlima,” kata Dedi saat dijumpai Kompas.com, Selasa (9/5/2017).

“Awalnya kita mikir kok di sini yang demen Marvel per karakter aja. Misalnya, yang suka Spider-Man, Spider-Man aja. Iron Man, Iron Man aja,” sambungnya.

Ia dan teman-temannya pun ingin tahu, mengapa jarang ada yang suka Marvel secara keseluruhan. Karena itu mereka pun membuat komunitas ini dan mempertemukan para penggemar Marvel dari berbagai daerah.

Dedi juga menerangkan bahwa mereka senang membuat gathering, nonton bareng, membahas film, juga ikut beragam event pameran.

Awalnya, Komunitas Marvel Indonesia hanya berisi belasan orang. Lalu, lama-kelamaan, komunitas ini berkembang hingga ratusan orang.

“Kita juga bikin Facebook Page, sampai puluhan ribu yang ikutan. Emang basically gak nyangka bisa begini. Karena kita mikirnya sama kayak fanboy yang lain. Cuma mau senang-senang. Akhirnya bikin (komunitas) ini sampai sekarang,” ujar Dedi.

Namun, mereka tak main-main ketika mendirikan komunitas ini. Dedi sempat bercerita bahwa ia meminta izin terlebih dahulu dengan Marvel Entertainment untuk mengonfirmasi pendirian komunitas ini.

“Kita confirm. Dia balesnya tiga bulan setelahnya dari Marvel Entertainment yang di Amerika. Kita enggak berharap dibales sih sebenernya,” cerita Dedi.

“Dia sih bilang boleh aja (mendirikan komunitas). Tapi, kayak poster-poster official kita engak boleh jual. Di bilang, jangan sampai komersial banget. Makanya kita coba jaga banget,“ imbuhnya.

Pernah dihampiri CB Cebulski

Seperti yang sudah diketahui, Komunitas Marvel Indonesia sering hadir dalam berbagai pameran. Dedi bercerita, waktu itu ia sempat berpartisipasi dalam Indonesia Comic Con.

Saat ia sedang beres-beres, tiba-tiba ia didatangi oleh CB Cebulski, Vice President, International Business Development & Brand Management Marvel Comis.

“Kita sempet ketemu sama CB Cebulski. Kadi dia dateng waktu itu pas kita lagi beberes di stand. Dia bilang kok ada Marvel fans di Indonesia. Dia enggak nyangka ada community yang benaran community,” kenang penggemar Iron Man ini.

“Soalnya dia ke Singapura dan negara lain, komunitasnya itu enggak ada yang ngegrup. Misalkan, orang pake kostum Spider-Man kumpul, tapi abis itu buyar,” imbuhnya.

Berburu koleksi langka

Di sisi lain, Dedi bercerita bahwa koleksinya sudah mencapai 500. Dalam sebulan, biasanya ia menargetkan akan membeli berapa koleksi.

“Dulu pernah narget, kalau gak narget sih repot. Dulu sih sebulan beli dua biasanya. Sekarang udah fokus (pada tokoh tertentu), jadi gak beli-beli aja,” ujar pria berkacamata ini.

Ia juga mengaku senang berburu item langka yang biasanya menjadi rebutan para kolektor lain.

“Kalau yang susah banget rata-rata biasanya koleksi dari event-event. Namanya San Diego Comic Con (SDCC). Itu tuh barometer awalnya komik dan hobi, tapi lama-lama film dan TV series mulai nyampur,” katanya.

Dalam setahun, biasanya akan ada produk eksklusif yang diluncurkan di SDCC. Tak mudah mendapatkan produk tersebut.

Kadang, ia harus melakukan penawaran hingga harga tertinggi untuk mendapatkan koleksi yang diinginkan.

Bahkan, ia sampai bergabung dengan forum kolektor di luar negeri. Jadi, apabila ada teman yang pergi membeli barang koleksi, Dedi bisa menitipnya.

“Aku pernah beli yang masih di boks harganya 89 dollar, beli kedua udah 150 (dollar AS), beli ketiga ada temen nitip udah 250. Terakhir ada temen juga mau udah 350,” katanya.

“Kalau event kan cuma dirilis di sana. Kalau di luar mesti cari dari tangan ke tangan. Yang bikin langka di situ sih ventnya,” sambungnya.

Sementara itu, ia rupanya juga pernah melakukan penawaran di situs e-bay demi mendapatkan action figure yang diidam-idamkannya. Yang menarik, koleksi itu hanya ada 15 buah saja di dunia.

“Bener-bener nge-bid dari yang Rp 500.000, Rp 1 juta, Rp 1,5 juta, Rp 2 juta, Rp 2,5 juta, Rp 3 juta, Rp 3,5 juta, Rp 4 juta juga masih aja!” kenangnya sambil tertawa.

“Berharap menang, eh ada yang lewatin. Ya udah deh nyerah. Jadi emang mahal banget. Kalau sekarang mungkin bisa di atas 10 juta kali,” ucap pria yang juga menyukai Doctor Doom ini.

Dari hobi jadi bisnis

Rupanya, memang bukan hanya Dedi saja yang suka menitip barang-barang Marvel ke teman-temannya. Begitu juga sebaliknya.

“Aku dari dulu bisnisnya bukan komersial banget. Dulu untungnya 25.000 per barang. Emang niatnya ngebantu. Kalau Rp 25.000 (kali) 10 orang, udah Rp 250.000, dapet deh 1 figur,” katanya sambil tersenyum.

“Lumayan banyak (dapat untung) dari (koleksi) yang lama-lama itu bisa berapa kali lipat. Misalnya modal 200-250 ribu, bisa dijual Rp 500.000 sampai satu juta. Apalagi yang udah stop produksi atau stop rilis,” sambungnya.

Para penggemar dunia Marvel dijamin betah berlama-lama melihat koleksi para superhero Marvel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau