Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Faces": Wajah-wajah Tohpati Bertiga

Kompas.com - 28/05/2017, 20:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Album kedua Tohpati Bertiga, Faces, menyuguhkan musikalitas para personelnya yang kian matang, tidak lagi meletup-letup sebagaimana di album perdana mereka, Riot.

Jangkauan musik yang mereka sajikan pun lebih lebar dengan garapan musik yang tersimak lebih rapi. Enak dinikmati.

Album Faces, yang berisi delapan lagu, itu diperkenalkan pertama kali kepada publik di ajang Java Jazz Festival, 3 Maret 2017.

Baca juga: Tohpati Bertiga Akan Perkenalkan Album Baru di Java Jazz Festival 2017 

Para personelnya, Tohpati (gitar), Indro Hardjodikoro (basis), dan Adityo Wibowo (drumer), menunggu hingga nyaris enam tahun dari album pertama mereka untuk melahirkan Faces.

Rentang yang panjang itu justru memberikan waktu yang cukup untuk ketiganya mempersiapkan Faces dengan lebih matang. Ketiga personel benar-benar melakoni proses kreatif yang dibutuhkan bagi sebuah album.

"Untuk setiap lagu, kami latihan dulu. Kalau groove-nya kira-kira sudah oke, baru direkam. Beda sama album pertama dulu, direkam live (langsung), apa adanya banget tanpa proses dubbing (sulih suara)," ujar Tohpati, awal Mei lalu, di Jakarta.

Baca juga: Faces, Pesan Damai dari Tohpati Bertiga

Semua lagu di album Faces diciptakan Tohpati dengan proses kreatif album yang memakan waktu selama dua minggu dan proses rekaman selama tiga hari.

Komposisi "Faces", yang berada di urutan kedua, dipilih menjadi judul album. Lagu ini merupakan respons Tohpati terhadap situasi karut-marut saat ini.

"'Faces', banyak muka, banyak orang dengan pendapat yang beda-beda," ungkapnya.

Secara kebetulan, judul album juga menyiratkan berbagai "wajah" komposisi musik yang disajikan di dalam album itu.

Banyak komposisi yang mengejutkan, tetapi secara keseluruhan saling bertautan menjadi sebuah album yang bernas.

"Faces", yang di bagian awal dibuka dengan intro yang mengentak dari kombinasi gitar, drum dan bas, misalnya, terasa sangat mencuri perhatian.

Komposisi lagunya seperti sarat kejutan, menyuguhkan kekayaan teknik permainan gitar Tohpati dengan nuansa rock di bar-bar tertentu.

Musiknya tersimak amat catchy, mudah nyantol di telinga. Pantas jika "Faces" dipilih menjadi judul album.

Komposisi yang disajikan memang tidak sederhana, tetapi tidak juga rumit untuk dinikmati. Jam terbang Tohpati didukung Indro dan Bowie, yang juga bukan nama-nama baru di panggung musik, terlihat dalam komposisi-komposisi yang mereka mainkan.

Nyaris semua komposisi memberikan nuansa permainan musik yang kaya, penuh kejutan, tetapi tetap enak dinikmati.

Rock progressive
Selain "Faces", lagu-lagu di album Faces memang lebih banyak bernuansa rock progressive, yang merupakan paduan berbagai jenis musik yang diusung di album tersebut. Seperti rock, blues, pop, jazz, funk, hingga groove.

"Napasnya memang lebih ke progressive," ujar Tohpati.

Maka jangan bayangkan lagu-lagu di album Faces akan memperlihatkan permainan gitar Tohpati yang selama ini dekat dengan image sweet (manis), lemah lembut, dan identik dengan gitar akustik.

"Tohpati Bertiga ini adalah trio gitar power-ku yang lebih nge-rock," papar Tohpati.

Level rock di setiap lagu memang berbeda-beda. Beberapa lagu disajikan dengan dosis rock "pas" ala Tohpati, tetapi beberapa lagu tersimak lebih nge-rock meski tetap dalam komposisi yang disajikan dengan rapi, di antaranya "Bright Side" dan "Absolute".

"Bright Side" yang mengentak di bagian awal menyuguhkan komposisi yang mengejutkan, tak biasa.

Simak permainan gitar Tohpati yang terasa memiliki banyak rupa, dengan gebukan drum Bowie yang dinamis dan permainan bas Indro yang juga kuat mendominasi.

Selipan speech dari Dave White di lagu itu menjadi sentuhan yang melengkapi "Bright Side".

Begitu pula di lagu "Absolute" yang terasa garang, tetapi juga ada kesan "riang".

Permainan gitar yang melompat-lompat, dengan permainan tempo yang berubah-ubah, dominasi permainan bas Indro membuat "Absolute" kaya nuansa. Cukup unik untuk disimak.

Nuansa album tersimak positif, kecuali pada "Extraordinary" yang tertangkap bernuansa mendung. Bisa jadi karena saat mengerjakan "Extraordinary", Tohpati menuangkan emosi kehilangannya di lagu ini.

Lagu yang didedikasikan Tohpati untuk mendiang Riza Arshad, rekannya di kelompok Simak Dialog yang bergenre jazz ini, tersimak begitu melankolis. Intro yang terasa minor, terpilin dalam komposisi yang tersimak mendung, kadang juga terasa ada amarah di dalamnya.

Permainan melodi gitar Tohpati di lagu ini seolah mewakili perasaannya yang dalam akan kehilangan sosok yang sangat berarti baginya.

"Bagi saya, sosok Riza sungguh extraordinary. Enggak ada sosok musisi yang seperti dia. Dia itu one of a kind. Belum tentu ada musisi yang seperti dia lagi dalam 20 tahun yang akan datang. Main musik enggak untuk nyari popularitas karena buat dia musik itu ibarat siraman rohani," ungkap Tohpati.

Baca juga: Extraordinary, dari Tohpati Bertiga untuk Mendiang Riza Arshad

Di lagu "Bluesphoria", nuansa blues jelas terasa kental. Menjadi salah satu bukti bahwa Faces memang menyuguhkan racikan berbagai jenis musik.

"Secara musikalitas, album ini menjadi bukti bahwa kami bertiga sudah lebih dewasa dalam bermusik. Beda dengan dulu, di album pertama yang masih meletup-letup, kadang juga over. Kalau sekarang, kami jauh lebih matang. Harapannya juga akan membuat trio ini menjadi lebih panjang lagi ke depan," ujar Tohpati.

Mari nikmati wajah-wajah Tohpati Bertiga. (DWI AS SETIANINGSIH)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 Mei 2017, di halaman 27 dengan judul "Wajah Tohpati Bertiga".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau