JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang lebih 37 tahun film Pengabdi Setan (1980) disematkan sebagai film horor terseram di Indonesia.
Pada 2017 ini, lewat tangan kreatif sutradara Joko Anwar, film Pengabdi Setan kembali dihidupkan dengan suasana yang berbeda. Kebangkitan Pengabdi Setan tetap berada di bawah bendera rumah produksi Rapi Films selaku pemegang hak cipta.
Cerita film horor ini bermula dari masalah finansial keluarga Rini (Tara Basro). Mereka kehabisan uang untuk membiayai pengobatan sang Ibu (Ayu Laksmi). Akhirnya mereka tak punya pilihan selain menjual rumah.
Keluarga itu kemudian memilih tinggal di rumah nenek. Sementara sang ibu hanya bisa terbaring di kasur dan tak lagi dapat menggerakkan tubuhnya akibat mengidap penyakit parah. Jika butuh bantuan, ibu hanya perlu membunyikan lonceng.
Sewaktu masih sehat, ibu dikenal sebagai penyanyi. Karena itu pula Rini berupaya mencari uang dari hak royalti ibunya di sejumlah label musik. Sedangkan anak kedua, Toni (Endy Arfian), rela menjual motornya.
Tak lama kemudian ibu meninggal dunia. Ibu meninggalkan Rini, Toni, serta kedua adik Rini, Bondi (Nasar Anuz) dan si bungsu Ian (Adhiyat Abdulkhadir) berikut bapak (Bront Palarae).
Sejak kematian ibu, teror mistis mulai menyelimuti keluarga Rini. Mulai dari lonceng yang berbunyi sendiri, lagu-lagu milik ibu berputar dengan sendirinya, hingga kematian sang nenek yang akhirnya membuka sebab musabab ibu meninggal secara tak wajar.
Di sini, Ayu Laksmi yang memerankan sosok ibu tampil begitu sempurna meski film Pengabdi Setan adalah titik awal kariernya di dunia akting. Memerankan orang sakit, hingga menebar teror pascakematiannya, sosok ibu bakal membuat orang yang menyaksikan berdebar-debar ketakukan.
Belum lagi akting Tara Basro sebagai Rini. Perannya menjadi sentral sebagai penghubung cerita. Bagaimana sebagai kakak tertua, ia harus mengempu ketiga adik laki-lakinya pascameninggalnya ibu. Belum lagi menjaga keluarga dari ancaman teror.
Teror yang datang silih berganti disuguhkan oleh Joko dengan penuh mencekam dan bikin bergemetar. Ekspetasi tinggi banyak orang terhadap film tersebut berhasil diramu oleh Joko.
[Baca: Singkirkan 47 Kandidat, Tara Basro Main Film Pengabdi Setan]
Bisa dikatakan, Joko berhasil mengeliatkan kembali film horor Tanah Air yang beberapa tahun ke belakang agak kurang mengesankan, dan ceritanya hanya berkutat pada itu-itu saja, yakni seolah menakut-takuti lalu menghilang tanpa menguatkan karakternya.
Bukan sekadar menakut-takuti
Seperti yang dikatakan oleh Joko, ia membuat film remake bukan sekadar menakut-nakuti. Joko ingin mencipta rasa tegang yang bisa membuat adrenalin penonton mengalir deras seperti ketika naik rollercoaster.
Joko lebih memilih menguatkan unsur skenario dan karakter yang selama ini kerap dilupakan sineas dalam membuat film-film horor. Joko seolah membuat penonton dapat terfokus terhadap karakter yang berada dalam situasi tersebut.