Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang Asrini Widjanarko
Kurator seni

Kurator seni, esais isu-isu sosial budaya, aktivis, dan seorang guru. Kontak: asriniwidjanarko@gmail.com

Kekuatan Asia dan Seni ala Zhu Wei

Kompas.com - 11/12/2017, 20:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Zhu Wei bersama sejumlah pengamat, kurator, dan direktur museum di Asia mengungkap di buku pengantar pamerannya di Jakarta dengan judul sama dengan pamerannya: Virtual Focus.

Dalam buku tersebut menyebut keberadaan seni kontemporer China dan relasinya dengan budaya China. Yang berkaitan dengan masa revolusi kebudayaan, pasca-tragedi Tiananmen, imitasi seni China terhadap gaya modern Barat, juga seni kontemporer China yang berhadap-hadapan dengan seni kontemporer global.

Yang paling menarik adalah bagaimana pengamat seni Asia menggungkap bahwa Zhu Wei mewarisi teknik lukisan China klasik yang berusia 3.000 tahun sebagai sebuah sikap artistiknya hari ini, yakni teknik dan gaya tradisional Gongbi.

Gongbi menunjukkan pada kita, bahwa eksplorasi artistik tidak menanggalkan akar-akar kultur yang mengendap, bahkan ribuan tahun lamanya.

Zhu wei mendemontrasikan transformasi lukisan China klasik untuk mengadaptasi perkembangan seni kontemporer lokal di China. Bahkan menawarkan kekuatan lokalitas dalam dialog seni yang dikatakan dalam abad-abad sebelumnya hanya bagian dari “seni tradisional” yang kemudian kini dikatakan sebagai kekuatan ciri global yang datang dari China.

Dari pameran semi retrospeksi itu, kita bisa menilai seberapa jauh budaya China telah memengaruhi seniman-seniman China melihat dirinya sendiri, masa sekarang dan warisan ribuan tahun ekspresi visualnya.

Zhu Wei terlahir dari keluarga sederhana di pinggiran bagian barat pabrik baja Beijing, setelah keluar dinas militer. Ia mengejar karir artistiknya sebagai seniman.

Di sekitar akhir 90-an, namanya dikenal dan awal milenium baru memberinya kesempatan keliling dunia dan karyanya dipamerkan serta bisa dinikmati publik dunia di sejumlah 40 museum internasional.

Pameran solonya, Virtual Focus, yang merupakan kegelisahan perjalanan estetiknya semenjak dari 1987 sampai 2017 adalah sebuah pameran serial termutakhir yang dimulai dari Beijing Today Art Museum, Nanjing Academy of Art Museum, Museum of Contemporary Art Singapore sampai Museum Nasional di Jakarta.

Pameran Zhu Wei ini secara terang benderang, dalam konteks Indonesia, membuka lagi kesempatan bahwa seni kita, terutama dengan ciri budaya lokal-nya, sedang dinanti dunia. Tatkala era disruptif melanda, jagat seni kontemporer dunia memunculkan arasnya yang baru.

Sebuah gerbang selamat datang menyambut seniman-seniman Indonesia yang membawa beragam budaya azali kita dari khasanah Nusantara, seperti seni-seni yang berakar dari budaya Arab, China, Melayu, dll yang telah mengendap pada diri kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com