JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah iklan Indoeskrim bertema sinetron kolosal yang menghebohkan, karya terbaru sutradara Dimas Djay juga menjadi bahan perbincangan.
Kali ini, ia mengangkat cerita anak rantau yang ingin mudik Lebaran untuk iklan toko retail Ramayana.
Temanya biasa saja, tetapi pengemasannya yang kocak lewat aksi ibu-ibu kelompok kasidah justru menjadi sorotan.
Lalu bagaimana proses di balik pembuatan iklan yang menjadi trending nomor 31 di YouTube itu?
"Jadi memang kebetulan sering bikin iklan yang ngaco gitu hehehe. Bikin iklan itu kalau enggak ngaco banget, serius banget. Ini karena mau puasa aja sih (pakai konsep kasidah)," kata Dimas saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/5/2018).
"Agensi memang konsepnya semula ada kasidahnya, tapi visualnya tidak seperti ini sama sekali. Kebetulan mereka lagi mau ganti konsep, aku masuk di situ. Sekalian aja aku ganti semuanya, yang nyisa cuma kasidah," tambahnya.
Dimas lalu melakukan riset sederhana tentang kelompok kasidah. Misalnya soal tahun berapa kasidah populer, lagu-lagu kasidah yang berformat karaoke, hingga tentang kostum yang dikenakan kelompok kasidah.
"Jadi by research, terkonsep, enggak asal bikin. Intinya saya cuma setia sama konsep saya. Kalau misal ada yang lucu-lucu segala ya itu part of the entertainment aja. Cuma kebanyakan spontan. Spontan dalam artian tetap dipersiapkan, tapi bukan dari awal banget," ucap Dimas.
Idenya adalah bagaimana pesan iklan tersebut tersampaikan dengan cara yang ringan sekaligus menarik.
Berbekal kekebasan yang diberikan pihak Ramayana, Dimas pun meramu cerita anak rantau itu dengan corak gambar era 1990-an, format video karaoke, penampilan ibu-ibu kasidah, dan taburan bumbu komedi.
Ia juga sengaja membuat lirik yang sederhana dibalut musik kasidah, namun unik.
"Aku bikin sendiri liriknya. Seperti layaknya kasidah aja, kata-katanya aja kami bikin agak komedi. Salah satu yang bikin itu karena liriknya sih, jadi ringan, kan," ucap Dimas.
Liriknya menjadi narasi tentang anak rantau yang sibuk bekerja sampai hampir lupa orangtua di kampung.
"Gimana caranya nunjukin belanja di Ramayana dengan uang yang tidak terlalu banyak, lu bisa tetap belanja. Tapi menghindari orang ini (terlihat) miskin. Jadi bisa dengan cara dicopet, rumah kebakar," ucap Dimas.
"Nah, yang paling kocak dipalak preman, lagi apes. Premannya ngembaliin sedikit uangnya lagi. Dengan sisa duit itu masih bisa belanja. Sengaja memang saya bikin enggak make sense karena kalau enggak, enggak jadi komedilah hehehe," tambahnya.
Keunikan iklan itu didukung dengan adegan-adegan yang mampu mengundang tawa.
"Dengan gambar-gambar katrok-nya seksi sih kayaknya buat orang-orang sekarang. Gambarnya dianggap ancur, jadi lain sama yang lain. Ini bisa ancur banget karena gambarnya salah satu yang mendukung sih. Gambarnya ancur banget," kata Dimas seraya tertawa.
"Bener-bener orang begitu melihat iklan ini tidak bisa berargumen lagi bahwa ini sesuatu yang biasa. Karena formatnya aja udah beda, jadi hook. Otomatis orang akan duduk melihat dulu, apalagi kalau nyimak lagunya. Gambarnya katro. Tapi jokes-nya bukan yang in your face," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.