Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jodhi Yudono
Wartawan dan budayawan

Menulis esai di media sejak tahun 1989. Kini, selain menulis berita dan kolom di kompas.com, kelahiran 16 Mei ini juga dikenal sebagai musisi yang menyanyikan puisi-puisi karya sendiri maupun karya penyair-penyair besar semacam WS Rendra, Chairil Anwar, Darmanto Jatman, dan lain-lain.

Ngamen Hari Pertama Beroleh 140 Juta!

Kompas.com - 02/11/2018, 12:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


Selesai membagikan e-poster yang berisi rencana ngamen untuk Sulawesi Tengah melalui WA, saya pun berharap semoga getaran kemanusiaan yang saya kirimkan lewat pesan melalui jaringan WA itu sampai ke hati teman-teman. Isi pesan tersebut, saya minta kepada kawan-kawan agar diperbolehkan ngamen di rumah atau kantor mereka.

Ternyata yang paling cepat merespons dan bersedia saya datangi adalah kawan Denny JA, pemilik Lingkaran Survey Indonesia.

Denny bilang, "Ok saya bersedia Bro Jodhi ngamen di kantor saya, dan saya sediakan 25 juta rupiah. Tapi puisi saya tolong dibikinkan lagu ya," kata Denny lewat WA.

Saya pun menyanggupinya. Dalam dua hari puisi berjudul "Yatim di Palu" itu pun jadi lagu. Kemudian saya rekam melalui hp dan saya kirimkan ke beliau seraya bertanya, "Gimana bro, cocok?"

Bos LSI itu pun bilang cocok.

Dua jam kemudian, Denny menelpon saya, sembari berkata,  bahwa sumbangan untuk anak-anak di pengungsian yang hendak dititipkan kepada saya melalui aksi ngamen itu akan bertambah, sebab para pimpinan perusahaan di bawah holding LSI akan turut serta menyumbang.

Akhirnya waktu dan tempat disepakati. Ngamen saya akan berlangsung di Kantor LSI, Jl. Pemuda 70 Jakarta Timur,  pukjl 16.00  hingga pukul 18.00 wib.

Rabu malam saya bertandang ke kantor LSI untuk cek panggung dan sound serta berkenalan dengan anak-anak panti asuhan dari Yayasan Sosial Himmatun Ayat yang akan membantu saya bernyanyi dan berdoa.

Setelah menemui Adit, pemain cajon saya yang berasal dari Serang, kami pun melaju ke Jalan Pemuda, Jakarta Timur.

***

Denny JA sebagai tuan rumah membuka acara dengan sambutan soal letak Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng dunia dan 70 sesar.

Menurut Denny, kita harus ikhlas menerima kenyataan ini, kenyataan bahwa kita hidup di tanah penuh bencana tetapi juga penuh berkah.

Sambutan Denny usai, saya langsung menyambut dengan lagu "Kulihat Ibu Pertiwi" dari arah penonton.

Saya bernyanyi sambil memainkan ukulele menuju panggung. Saya mengajak yang hadir untuk betnyanyi, termasuk anak-anak yatim.

Selanjutnya saya masih mengajak yang hadir untuk menyanyikan lagu "Ambilan Bulan Bu". Saya bilang kepada hadirin, untuk kembali mengenangkan keriangan kita, kegembiraan kita,  karena hati dan pikiran kita belakangan dipenuhi orasi politik melalui media sosial dan pergaulan sehari-hari. Ya, ruang hidup kita seolah telah dikuasai oleh dunia politik yang penuh sengkarut.

Agar acara semakin hangat,  saya pun memanggil beberapa kawan penyair yang hadir saat itu untuk membaca puisi.  Narudin, Monica, Nia Samsihono,  Dhenok,  dan Gunoto Sapari. Selanjutnya, saya masih bernyanyi sekira enam lagu tentang cinta, lingkungan hidup, dan kehidupan.

Usai menyanyikan lagu puisi "Yatim di Palu" karya Denny JA, acara seremoni penyerahan sumbangan sebesar 140 juta secara simbolik pun dilakukan. Sumbangan sebesar itu sebagian besar berbentuk ventura atau barang,  selebihnua berbentuk uang untuk operasional kawan-kawan saya di lapangan.

Saya menerimanya dengan bahagia.  Sebab saya membayangkan, anak-anak di tenda-tenda pengungsian tentu akan segera mendapatkan mainan baru,  seragam baru, dan makanan bergjzi saat sumbangan yang didistribusikan oleh kawan-kawan Ikatan Wartawan Online di Sulteng segera terealisir tanpa birokrasi yang betbelit.

Sudah senja, saya pamit kepada kawan-kawan LSI,  untuk meneruskan perjalanan bertemu dengan banyak orang lagi, untuk saya ketuk pintu hatinya,  pintu rumahnya,  pintu kantornya; dengan nyanyian dan cerita saya tentang cinta, alam, dan kehidupan.

Waktu terus berkejaran. Malam ini cukup tidur beberapa jam saja, sebab pkl 03.00 dini hari saya harus sampai di Cengkareng untuk mengejar penerbangan pesawat pkl. 05.00 pagi ke Palu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau