Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

31 Desember 1926, Film Indonesia yang Pertama Dirilis di Bioskop

Kompas.com - 31/12/2018, 10:45 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada era kolonialisme Belanda, perkembangan film di Indonesia didominasi oleh film-film produksi luar, dengan kisah dan tema cerita khas Eropa atau Amerika.

Selain itu, tak semua orang bumiputra bisa menikmati film yang ditayangkan bioskop-bioskop pada masa penjajahan.

Namun, seiring berjalannya waktu perubahan mulai terjadi. Banyak produser perfilman Belanda yang mulai melirik kisah Nusantara sebagai inspirasi cerita, serta pembuatan film di Indonesia.

Tak hanya itu, anak bangsa pun mulai terlibat dalam proses pembuatan film.

Hari ini 92 tahun yang lalu, tepatnya pada 31 Desember 1926, rakyat Indonesia bisa menikmati film Indonesia pertama.

Walaupun diproduseri oleh orang Belanda, film ini resmi rilis di Indonesia. Sejumlah pemain pun merupakan pemain bumiputra.

Film yang berjudul Loetong Kasaroeng mulai tayang beberapa bioskop-bioskop Tanah Air (terutama Bandung). Film  Loetong Kasaroeng juga menjadi film Indonesia yang pertama, yang diproduksi dan melibatkan orang Indonesia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Kapal Induk Pertama Dunia Mulai Beroperasi

Tonggak awal

Film Loetoeng Kasaroengwikipedia Film Loetoeng Kasaroeng

Walaupun pada era 1920-an, wilayah ini belum dikenal sebagai Indonesia, namun sejatinya film itu tercatat sebagai pelopor atau tonggak film di wilayah Indonesia.

Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 21 September 1986, film ini dibuat di wilayah Bandung. Sebelumnya, pasar film di Hindia Belanda didominasi film dokumenter produksi Eropa dan film cerita produksi Hollywood, Amerika Serikat.

Loetoeng Kasaroeng diproduksi NV Java Film Company yang didirikan L Heuveldorp dan G Krugers.

Heuveldorp merupakan warga Belanda yang sudah berpengalaman membuat film di Amerika Serikat. Sementara, G Krugers adalah juru kamera Indo-Belanda yang tinggal di daerah Bandung.

Krugers adalah keponakan Boosje, pengusaha perkebunan yang dikenal sebagai "Raja Bioskop" di Bandung. Berkat hubungan dekatnya dengan sang paman, Krugers mendapatkan banyak ilmu mengenai perfilman.

Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 10 Desember 2008, pembuatan film ini mendapatkan dukungan dari Bupati Bandung ketika itu, Wiranatakusumah V.

Bupati mempunyai rencana untuk memajukan kesenian Sunda agar bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Selain itu, harapannya adalah muncul inisiatif dari beberapa pihak untuk menggiatkan film dari Indonesia.

Wiranatakusumah V juga mendukung pendanaan film ini. Dia memberikan izin kepada putri dan keponakannya untuk tampil dalam film Loetoeng Kasaroeng. Mereka akan duet bersama aktor adan aktris dari keturunan Indo-Belanda dan Tionghoa.

Padahal. pada masa itu masih tabu bagi gadis-gadis priyayi Priangan untuk pentas di panggung pertunjukan terbuka.

Baca juga: 28 Desember 1895, Pemutaran Film yang Jadi Cikal Bakal Bioskop Pertama

Cerita dari Sunda

Film Loetoeng Kasaroeng mengambil cerita dari sebuah legenda yang terkenal dari Sunda. Film ini menceritakan Purbasari yang berpacaran dengan seekor lutung.

Ternyata lutung itu adalah Guru Minda, pangeran tampan yang yang dikutuk menjadi lutung oleh ibunya sendiri, Sunan Ambu. Panjang film ini sekitar satu jam atau sama dengan masa putar film produksi Hollywood saat itu.

Film yang diputar perdana di Bandung pada 31 Desember 1926 di bioskop Elita ini tergolong sukses. Film ini diputar hingga 6 Januari 1927 bioskop Elite (Majestic) dan Oriental.

Dalam iklannya, pemutaran perdana itu dipersembahkan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda ACD de Graeff (1926-1931).

Belakangan legenda itu juga difilmkan ulang, masing-masing tahun 1952 oleh Touw Film dan tahun 1983 oleh Inem Film.

Selain itu, banyak pertunjukan yang menampilkan cerita ini dalam drama atau panggung ketoprak. Sesosok Loetoeng Kasaroeng mempu mengambil hati dari produser.

Saat ini, cerita rakyat ini banyak muncul dalam buku ataupun televisi Indonesia.

Bahkan, cerita ini ditulis oleh seniman Belanda Tilly Dalton dan bukunya disumbangkan kepada KITLV di Leiden, Holland.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com