JAKARTA, KOMPAS.com--Setelah melalui proses penulisan selama lebih dari setahun, novel psycho-thriller “Rainbow Cake” akhirnya beredar di seluruh toko buku Gramedia sejak 27 Mei 2019. Novel setebal 260 halaman yang ditulis berdua oleh Rayni N. Massardi dan Christyan AS itu diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) Jakarta dan dijual seharga Rp 78.000.
Karya fiksi yang ditulis dua pengarang dari dua generasi berbeda dan berlainan gender ini memang termasuk langka. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Proses penulisannya pun cukup unik. Gagasan utama dituliskan Rayni pada 2018 hingga selesai, baru kemudian diserahkan kepada Christyan untuk ditambahkurangi dan dilengkapi sesuai imajinasi dan kreasinya sendiri. Setelah rampung mereka kemudian mendiskusikan, menyuntingulang dan saling melengkapi hingga mencapai bentuk final pada 2019.
Tugas Christyan tidak hanya menulis dan melengkapi teks, tapi juga membuat ilustrasi di setiap bab dan kemudian membuat rancangan sampulnya. Setelah disepakati mereka kemudian meminta Nanang Gani untuk membuat desain cover sebagaimana tampak hasilnya saat ini.
Kerjasama Rayni dengan Christyan tidak hanya baru kali ini. Sebelumnya, Rayni telah meminta Christyan untuk membuat ilustrasi dan gambar sampul kumpulan cerita pendek bergambar (graphics short stories) “Daun Itu Mati” (Prenada Media-2017). Dan kini mereka tengah menyiapkan cerita bergambar (graphic story) “Pocong Ketakutan.”
Bagi Rayni “Rainbow Cake” ini adalah karya fiksinya yang kesembilan, dan merupakan pengalaman pertamanya menulis sebuah karya dalam genre thriller. Dan, tanpa terduga, karyanya ini seolah digerakkan serta dijiwai oleh enerji luar biasa dari dua lagu karya seniman Sudjiwo Tedjo: “Titi Kolo Mongso” dan “Ingsun.” “Rainbow Cake” adalah novel Rayni yang kedua setelah “Langit Terbuka” (Prenada Media-2017). Sebelumnya, Rayni dikenal sebagai fashion styliste, dan pengarang cerita pendek dan sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan cerpen, serta menulis beberapa buku nonfiksi.
SINOPSIS
Pengalaman di-bully pada masa remaja, membuat Hilda selalu tidak nyaman dengan dirinya hingga hatinya semakin mengeras.
Melanjutkan sekolah ke Paris, ia perlahan mengubah cara pandang terhadap diri dan gaya hidupnya. Di Kota Budaya itu Hilda belajar memasak dan bikin kue.
Kegemaran barunya mengunjungi galeri seni, membuatnya terpaku di hadapan sebuah lukisan yang menggetarkan dan perlahan membuka pengalaman aneh pada tubuhnya.
Hijrah ke Ubud Bali, ia mulai dihantui musik dan lagu yang tiba-tiba bersarang di kepala dan telinganya. Selain merasa ngeri dan membuatnya mual dan pening, ia juga menikmati gairah dan energi aneh dari apa yang didengarnya. Sampai ia bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang pernah melukai hati dan sangat dibencinya.
Balik ke Jakarta dan sukses sebagai pembuat dan pemilik toko kue, masalalunya semakin menghantui dan merusak jiwanya. Cinta, benci, rindu, dan dendam telah mengaduk-aduk emosi dan energinya yang luar biasa.
Alunan musik dan lagu misterius yang terus menghantuinya telah mendorongnya untuk melakukan hal-hal tak terduga termasuk mewujudkan seni instalasi “Kue Terindah”.
Sebuah “Rainbow Cake” yang berakhir dengan kengerian dan malapetaka.
Tentang Pengarang
RAYNI N. MASSARDI