JAKARTA, KOMPAS.com - Cerita jagoan asli Indonesia, Gundala, akhirnya dibuatkan versi film oleh rumah produksi BumiLangit Studios dan Screenplay Films bekerja sama dengan Legacy Pictures.
Film ini ditangani oleh sutradara yang sukses lewat film horor Pengabdi Setan, Joko Anwar. Sementara pemeran Gundala alias Sancaka adalah artis peran Abimana Aryasatya.
Gundala Putra Petir merupakan karakter komik karya mendiang komikus Harya Suryaminata atau Hasmi yang lahir pada 1962.
Total 23 komik sudah diterbitkan oleh Hasmi sepanjang hidupnya. Kini hak cipta Gundala dipegang oleh Bumilangit, rumah bagi lebih dari 1.000 karakter komik Indonesia.
Gundala sendiri identik mengenakan kostum ungu dengan topeng yang memiliki ornamen sayap pada bagian telinga kiri dan kanannya.
Sebelum versi layar lebarnya tayang pada 29 Agustus 2019 mendatang, Kompas.com merangkum beberapa fakta terkait film Gundala:
Kostum itu dibikin di tempat yang sama dengan kostum Watchmen dan Daredevil dibuat. Joko berujar bahwa detail-detail dalam kostum tersebut amat diperlukan untuk menunjang hasil yang bagus.
2. Pengukuran 3D
"Ini paling menarik sih. Gua harus 3D scene satu badan, cuma pakai kolor doang dalam satu ruangan," kata Abimana.
Abimana mengira pengukuran dilakukan secara tradisional, namun rupanya dengan tekni 3D scene untuk mendapatkan detail yang seakurat mungkin.
"Ternyata pekerjaan kebanyakan orang keturunan Indonesia. Gua lagi panas-panasin sih biar mereka balik ke Indonesia. Biar biaya produksi jadi murah," kata Abimana lalu tertawa.
3. Libatkan 1.800 orang
Pemain sekaligus koreografer laga film Gundala, Cecep Arief Rahman, mengatakan bahwa banyaknya orang yang dilibatkan menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya.
Selama ini, Cecep kerap membuat koreografi bertarung satu lawan satu. Namun dalam film ini, ada beberapa adegan yang memperlihatkan pertarungan banyak orang.
Untuk menyiasatinya, Cecep memfokuskan pada perkelahian beberapa orang. Sedangkan orang yang banyak lainnya hanya untuk memperlihatkan betapa ramainya situasi di sana.
4. Ramu cerita lewat catatan Hasmi
Menurut Joko, catatan Hasmi itu menjadi pelengkap untuk menyempurnakan cerita layar lebar Gundala yang diadaptasi dari komik berjudul sama.
"Selain Pak Hasmi, saya juga mengambil referensi dari sahabat-sahabat beliau yang juga menciptakan karakter-karakter lain," ujar Joko.
5. Tak sama dengan superhero Hollywood
“(Dibandingkan) dengan film luar negeri enggak fair, enggak apple to apple. Mereka (Hollywood) dengan budget ratusan juta dolar AS, sedangkan kami 10 juta AS pun enggak nyampe,” kata Abimana.
Cerita yang dimunculkan di Gundala sangat dekat dengan sosial, budaya, dan politik masyarakat Indonesia. Hal itu akan menjadi keunggulan film ini dibanding yang lain.
Ketika ditanya soal film superhero Indonesia kurang sukses di pasaran, Abimana memperkirakan karena film tersebut mencoba mengejar seperti Hollywood.
“Tapi ini mungkin loh ya, bisa saja asumsi saya salah. Film superhero dulu ingin mengejar seperti Hollywood,” ujarnya.
Sementara Gundala tidak. Gundala tetap menginjak bumi dengan problematika yang dekat dengan masyarakat Indonesia.
Baca juga: Membedah Trailer Film Gundala
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.