YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pertengahan tahun 2019 merupakan kebangkitan bagi musisi Didi Kempot. Lagu karyanya meledak di pasaran, dan akhirnya berbanding lurus dengan meningkatnya jadwal konser.
Namun dirinya tetap mempersiapkan sejumlah lagu baru yang dipersiapkan bagi sobat ambyar sebutan bagi fansnya.
Ditemui disela persiapan konser di Lapangan Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (30/9/2019) lalu, Didi mengaku sudah mempersiapkan 5 single terbaru.
“Lima lagu yang sudah selesai syuting, tinggal launching,” kata Didi.
Didi Kempot mengatakan, lima lagu tersebut rencananya rilis jelang akhir tahun. Lagu-lagu tersebut juga masih tentang cinta, termasuk patah hati.
Baca juga: Raisa hingga Didi Kempot Meriahkan Synchronize Fest 2019 Hari Pertama
The Godfather of Broken Heart ini mengatakan, lagu-lagu bertema patah hati banyak disukai anak muda.
Hal ini sebagai upaya mewujudkan mimpinya agar lagu tradisional Campursari bisa diterima semua kalangan termasuk anak muda.
Upaya ini sudah dilakukan dirinya sejak berkarier di belantika musik Jawa selama hampir 32 tahun terakhir. Dia bercerita, saat mencipkatakan lagu "Sewu Kuto", Didi berpikir apakah lagu itu bisa diterima anak muda.
Akhirnya mimpi itu terwujud tahun 2019 ini.
"Ternyata sekarang anak milenial, rekan mahasiswa, banyak yang mengundang saya untuk nyanyi itulah harapan kami. Ternyata tradisional masih sangat diterima di hati masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Baca juga: Bukan Gofar Hilman, Nama Ini Disebut Populerkan Kembali Didi Kempot
Tentunya ini membuat dirinya bangga, bisa diterima kalangan mahasiswa. Terbukti beberapa kali dirinya diundang untuk tampil di acara-acara kampus.
“Saya bangga karena banyak lagu yang saya tulis di pinggir jalan, karena saya dulu pernah menjadi seorang pengamen jalanan. Sekarang bisa nyanyi di depan mahasiswa bahkan dosennya nonton, rektornya nonton, ya bangga,” katanya.
Menurut dia, patah hati itu didasari beberapa sebab, mulai dari faktor ekonomi hingga faktor lainnya. Dan itu memang realita yang selama ini banyak ditemukan di masyarakat.
“Patah hati belum tentu kandas, bisa dibilang belum jodoh saya memang karena ada faktor yang lain bisa status ekonomi dan lain-lainya. Tergantung yang mendengarkannya,” ujarnya.
Didi mengakui, musik campursari tidak lepas dari sosok musisi asal Gunungkidul, Manthous, yang sudah meninggal beberapa waktu silam. Setiap kali konser, tak jarang Didi Kempot mengajak penonton mengingat sang maestro tersebut.
Musisi yang bernama asli Anto Sugiantono itu, pertama kali memperkenalkan musik campursari, dari kaset hingga transisi era digital CD dan VCD. Sejumlah lagu yang sampai saat ini masih sering dimainkan seperti lagu ‘Getuk’.
“Saya termasuk generasi di belakangnya Mas Manthous. Kalau mau memakai lagunya untuk kepentingan apa, saya kontak keluarganya,” ucapnya.
Baca juga: Mengapa Lord Didi Kempot Senang Membuat Lagu Patah Hati?
Dengan ketenaran yang diperolehnya saat ini, dirinya berharap pada musisi muda untuk tidak patah semangat untuk berkarya.
“Rekan muda jangan patah semangat, jadi untuk berkarya, waktu ini mencoba ini belum laku ya terus saja dicoba terus, akhirnya sampai ketemu titik keberhasilan itu pasti ada,” ucapnya
"Seperti saya setua ini akhirnya anak muda gandrung dengan lagunya Didi Kempot,” lanjut Lord Didi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.