JAKARTA, KOMPAS.com - Hanung Bramantyo adalah salah satu sutradara kondang dengan puluhan karya di industri film Indonesia.
Pria kelahiran 1 Oktober 1975 ini diketahui menjadi langganan nominasi di Festival Film Indonesia (FFI).
Sejauh ini, Hanung Bramantyo sudah mengoleksi dua Piala Citra dari kategori Sutradara Terbaik dari penyelenggaraan FFI 2005 dan FFI 2007.
Apa saja karya dari Hanung Bramantyo? Yuk simak.
Sejak awal kemunculannya di industri film, Hanung Bramantyo sudah menarik perhatian.
Film Brownies, karya pertamanya, langsung mengantarkan Hanung meraih Piala Citra dalam penyelenggaraan Festival Film Indonesia 2005.
Film ini bercerita tentang Mel (Marcella Zalianty), seorang gadis yang gemar membuat kue brownies.
Kisah cinta Mel nyatanya tak semanis brownies buatannya. Suatu hari, Mel bertemu dengan teman SMA-nya yang juga pandai membuat brownies.
Baca juga: Hanung Bramantyo Bikin Penjara di Studio untuk Film Miracle in Cell No 7
Film drama remaja tentang kehidupan tiga anak SMA ini dibintangi oleh Vino G. Bastian, Ramon Y. Tungka, dan Marcel Chandrawinata.
Ketiga anak SMA yang selalu dikucilkan di sekolah ini berjuang mendapatkan pengakuan dari sekolah dengan menguak kasus korupsi yang ditampilkan di pensi kelulusan mereka.
Jomblo merupakan film drama komedi yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Adhitya mulya.
Film ini menampilkan empat sekawan yang dibintangi oleh Christian Sugiono, Dennis Adhiswara, Rizky Hanggono, dan Ringgo Agus Rahman.
Persahabatan keempatnya mulai merenggang karena cinta dan perempuan.
Baca juga: Serba-serbi soal Superhero Satria Dewa: Gatotkaca Karya Hanung Bramantyo
Lentera Merah bercerita tentang majalah kampus yang dikenal dengan tulisan-tulisan berani serta kritis.
Pada suatu masa, tim inti Lentera Merah Angkatan 49 melakukan penerimaan anggota baru.
Cerita pun menjadi semakin seru ketika salah satu calon anggota terpilih merupakan hantu dari pembredelan PKI di tahun 1965.
Kamulah Satu-satunya adalah film drama komedi yang dibintangi oleh Nirina Zubir.
Film ini bercerita tentang Indah (Nirina) yang merupakan penggemar dari grup band Dewa 19.
Indah memiliki impian untuk menemui idolanya itu di Jakarta.
Namun, berbagai masalah menghadang obsesi Indah untuk bertemu Ahman Dhani dkk.
Baca juga: Hanung Ungkap Biaya Produksi Satria Dewa: Gatotkaca
Hanung Bramantyo kembali meraih Piala Citra lewat film Get Married yang dibintangi oleh Nirina Zubir, Aming, Ringgo Agus Rahman, dan Desta.
Film ini bercerita tentang empat sekawan yang mengaku sebagai anak muda paling frustasi se-Indonesia.
Mae (Nirina) diminta oleh kedua orangtuanya untuk menikah. Tetapi, penampilannya yang tomboy serta tak pernah tersentuh make-up membuatnya tak diminati.
Ketiga sahabatnya pun mulai mencari cara agar Mae bisa menikah dengan pria idamannya.
Baca juga: Zaskia Adya Mecca Blak-blakan soal Rumah Tangganya dengan Hanung Bramantyo
Legenda Sundel Bolong mengisahkan mengenai seorang penari ronggeng, Imah (Jian Batari), yang memutuskan untuk berhenti menari ronggeng.
Ia dan suaminya, Sarpah (Baim), memutuskan berpindah ke dusun lain.
Di sana, Sarpah bekerja di perkebunan teh milik seorang juragan, Danapati (Tio Pakusadewo) yang psikopat.
Teror Sundel Bolong pun akhirnya menghantui Sindangsari untuk menguak apa yang terjadi dengan Imah.
Film drama religi Ayat-Ayat Cinta merupakan hasil adaptasi dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy.
Film ini menceritakan kisah cita segitiga yang berlatarkan cerita Islam.
Ayat-Ayat Cinta dibintangi oleh Fedi Nuril, Rianti Cartwright, dan Zaskia Adya Mecca.
Baca juga: Zaskia Adya Mecca: Mas Hanung Bramantyo Memerdekakan Aku Sepenuhnya
Doa yang Mengancam bercerita tentang Madrim (Aming), kuli angkut di pasar induk yang merasa dirinya bernasib paling malang di dunia.
Madrim terlilit hutang, ditinggal istri yang cantik, hingga diusir dari rumah kontrakannya.
Sahabatnya kemudian mengatakan Madrim tak pernah berdoa sehingga kemalangan terus menghantuinya.
Madrim pun mulai mencoba berubah dengan memanjatkan doa yang akhirnya mengancam kehidupan Tantra buronan kerah putih paling kaya raya.
Baca juga: Cerita Hanung Bramantyo Undang Dave Moffatt ke Ulang Tahun Zaskia Adya Mecca
Film Perempuan Berkalung Sorban mengisahkan tentang perjalanan hidup Anissa (Revalina S. Temat), perempuan cerdas, berani, dan berpendirian kuat yang hidup dan besar di lingkungan Islam konservatif di sebuah pesantern kecil.
Saat film ini dirilis, banyak kontroversi muncul ke permukaan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan menyarankan supaya film ini ditarik dari edaran karena memberikan kritikan kontraproduktif atas tradisi Islam konservatif yang masih dipraktikkan di banyak pesantren.
Organisasi Front Pembela Islam (FPI) juga memprotes film Perempuan Berkalung Sorban hingga akhirnya Hanung setuju untuk memotong beberapa adegan di dalam filmnya.
Perjalanan hidup Mae berlanjut dengan konflik baru, yakni belum dikaruniai anak.
Padahal, ketiga sahabatnya yang akhirnya menikah sudah memiliki anak.
Menebus Impian adalah sebuah kisah perjuangan sepasang ibu dan anak dalam usahanya mencari kehidupan yang lebih baik.
Hidup dalam jeratan ekonomi membuat Nur Kemala (Acha Septriasa) tak pernah berani bermimpi.
Kehidupannya berubah ketika bertemu dengan Dian Septiaji (Fedi Nuril) yang merupakan seorang praktisi pemasaran berjenjang atau MLM.
Baca juga: Hanung Bramantyo Katakan Awalnya Zaskia Adya Mecca Bukan Tipenya
Sang Pencerah adalah film drama tahun 2010 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan.
Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi sebagai Ahmad Dahlan, Muhammad Ihsan Tarore sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan.
Film ini juga menjadi bukti bahwa Muhammadiyah adalah organisasi islam yang mengikuti Al-quran dan Al hadits dan menjadikan Muhammadiyah sebagai ormas terbesar urutan pertama di Indonesia dan di dunia.
? atau dikenal juga dengan Tanda Tanya adalah film yang mengangkat tema pluarlisme agama di Indonesia.
Alur ceritanya sendiri berputar pada interaksi dari tiga keluarga yang memiliki keragaman agama.
Baca juga: Pekerja Seni Divaksinasi, Hanung Bramantyo: Penting agar Bisa Kembali Kerja
Tendangan dari Langit adalah kisah perjuangan seorang remaja yang memiliki kecintaan terhadap sepak bola.
Namun, bakat dan kecintaannya ini terhalang oleh restu sang ayah.
Wahyu (Yosie Kristanto) akhirnya harus memilih antara cinta, impian, dan restu dari sang ayah demi bermain sepak bola.
Kisah tentang bajing loncat di tanah Sumatera diangkat oleh Hanung Bramantyo dalam film Pengejar Angin.
Film ini fokus dalam cerita Dapunta (Qausar Harta Yudana) yang memiliki impian untuk melanjutkan pendidikannya.
Namun, mimpi itu terhalang oleh keinginan sang ayah agar Dapunta sebagai pelari tercepat di kampung mengikuti jejaknya sebagai bajing loncat.
Baca juga: Pesan Ibunda untuk Hanung Bramantyo di Ulang Tahun ke-45
Hanung Bramantyo mengadaptasi novel berjudul Perahu Kertas karya Dewi Lestari ke layar lebar.
Alur cerita film ini berpusat pada Kugy (Maudy Ayunda), gadis tomboy, periang, yang percaya dirinya adalah agen Dewa Neptunus.
Pada 2012, Hanung menggarap film Perahu Kertas kedua yang sukses besar di pasaran.
Film Cinta tapi Beda sebenarnya disutradarai oleh Hanung Bramantyo bersama Hestu Saputra.
Kembali mengangkat cerita Islam, Hanung lagi-lagi menuai protes gara-gara karyanya.
Kali ini filmnya diprotes masyarakat Mingankabau karena dianggap menggambarkan tokoh Diana sebagai perempuan non-Muslim yang bermukim di Padang.
Hanung sendiri menjelaskan bahwa Diana tidak disebutkan berasal dari Minangkabau, melainkan warga pendatang yang tinggal dan dibesarkan di Padang untuk menunjukkan keberagaman masyarakat di sana.
Baca juga: Tak Syuting Saat Wabah Covid-19, Hanung Bramantyo: Penghasilan Zaskia Adya Mecca Lebih Besar
Ketertarikan Hanung Bramantyo terhadap film sejarah dimulai dari proyek Gending Sriwijaya.
Film hasil kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan ini bercerita tentang Nusantara pada abad 16, tiga abad setelah keruntuhan Kerajaan Sriwijaya.
Film biopik Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno yang diperankan oleh Ario Bayu.
Film ini bercerita tentang kehidupan Soekarno yang menjelma menjadi sosok pemimpin di Indonesia.
Dalam film ini, perjalanan Soekarno mengantar Indonesia merdeka digambarkan oleh Hanung.
Putri Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, mengkritik film ini karena menganggap Ario Bayu tidak cocok memerankan ayahnya.
Ia menganggap bahwa Anjasmara justru lebih layak mendapatkan peran tersebut.
Baca juga: Profil Hanung Bramantyo, Salah Satu Sutradara Kenamaan di Tanah Air
Berkolaborasi dengan Rahabi Mandra, Hanung Bramantyo mengangkat cerita tentang politik di film 2014: Siapa di Atas Presiden?
Film ini bercerita tentang hubungan ayah dan anak yang memiliki pandangan berbeda terhadap masa depannya.
Ricky Bagaskoro (Rizky Nazar) yang semula tak ingin menjadi politikus akhirnya menelusuri sebuah kasus politik yang menghancurkan reputasi sang ayah, Bagas Notolegowo (Ray Sahetapy), saat bersaing menuju kursi presiden.
Baca juga: 3 Fakta Seru Syifa Hadju dan Hanung Bramantyo di Serial 17 Selamanya
Film drama komedi Hijab bercerita tentang perjuangan empat perempuan yang dianggap remeh oleh suaminya.
Keempatnya kemudian menjalankan bisnis hijab yang sedang menjadi trend di Indonesia.
Bisnis mereka meroket hingga menghasilkan uang lebih banyak dari para suaminya.
Masalah pun timbul karena kecemburuan dan ego para pria dari bisnis ini.
Talak 3 adalah sebuah film komedi romantis garapan Hanung Bramantyo dan Ismail Basbeth.
Film ini bercerita tentang Bagas (Vino G. Bastian) dan Risa (Laudya Cynthia Bella) yang telah bercerai tetapi harus sama-sama berjuang menyelamatkan kondisi keuangan mereka.
Dalam proses itu, Bagas dan Risa kembali menemukan benih cinta lamanya.
Masalah datang karena Bagas sudah menjatuhkan talak 3 kepada Risa sehingga keinginan untuk rujuk harus melalui Muhalil.
Bagas kemudian menunjuk Bimo (Reza Rahadian) sebagai Muhalil yang menikahi Risa sebelum kemudian menceraikannya.
Sayangnya, Bimo ternyata sudah memendam rasa kepada Risa sejak lama sehingga masalah lain datang kembali.
Baca juga: Sebut Hanung Bramantyo Tidak Suka Pakai Minyak Wangi, Zaskia Adya Mecca: Pusing Enggak Sih
Rudy Habibie merupakan prekuel dari Habibie & Ainun yang sukses besar.
Film biopik ini menceritakan kisah Habibie muda yang berjuang mewujudkan mimpinya saat berkuliah di Jerman.
Film ini juga menyoroti kehidupan cinta Habibie yang bertemu dengan Ainun.
Surga yang Tak Dirindukan 2 adalah sekuel dari film box office Surga yang Tak Dirindukan.
Film kedua ini masih menampilkan para pemain utama dari film sebelumnya.
Namun, konflik cerita di film kedua ini semakin berkutat pada kisah cinta Pras, Arini, Meirose, dan Dr. Syarief.
Baca juga: Hanung Bramantyo Operasi Saraf Terjepit, Takut Dibius hingga Mimpi Syuting Gatotkaca
Hanung Bramantyo kembali menggarap film biopik. Kali ini sosok yang diangkat adalah pejuang emansipasi wanita Indonesia, Kartini.
Dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Kartini mengupas kehidupan dan perjuangan Kartini untuk menyetarakan gender.
Jomblo Reboot adalah film reboot dari Jomblo yang juga disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Masih dengan menggunakan formula empat sekawan yang menjomblo namun dengan alasan masing-masing.
Keempatnya mulai berpikir mencari cinta agar bisa memiliki gandengan saat momen wisuda.
Perjalanan mencari cinta dari Agus, Bimo, Olip, dan Doni pun dimulai.
Baca juga: Hanung Bramantyo Ikhlaskan Naskah Gatotkaca Tak Sempat Dibaca Ashraf Sinclair
The Gift adalah sebuah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2017.
Film ini menceritakan tentang Ayushita yang memerankan karakter Tiana, seorang penulis novel yang menyukai kegelapan untuk menciptakan dunianya sendiri dan enggan berinteraksi dengan dunia luar.
Pada film Benyamin Biang Kerok, Hanung Bramantyo memercayakan sosok Benyamin diperankan oleh Reza Rahadian.
Ceritanya sendiri gabungan dari ide lama film berjudul sama dengan konsep dan teknologi baru.
Baca juga: Hanung Bramantyo: Film Garis Waktu Dibuat untuk Bertahan Hidup
Hanung Bramantyo kembali menyutradari sebuah film sejarah Indonesia.
Tokoh yang diangkat kali ini adalah Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja ketiga Kerajaan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1646.
Sultan Agung harus menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai-berai oleh politik VOC yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen.
Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Pramoedya Ananta Toer.
Dibintangi oleh Iqbaal Ramadhan, Bumi Manusia bercerita tentang Minke yang dihadapkan dengan masalah kaum pribumi dan asing di masa penjajahan Belanda.
Baca juga: Jaga Hubungan, Zaskia Adya Mecca Akui Selalu Temani Hanung Bramantyo Makan
SIN merupakan film pendek yang dikerjakan oleh tiga sutradara berbeda, yakni Hanung Bramantyo, Rako Prijanto, dan Fajar Bustomi.
Jika di film keduanya sosok Habibie muda yang disorot, film ketiga ini justru mengangkat cerita tentang Ainun muda yang diperankan oleh Maudy Ayunda.
Namun, sosok Habibie di film ini masih diperankan oleh Reza Rahadian dengan bantuan teknologi canggih yang mengubah badan serta wajahnya menjadi lebih muda.
Benyamin Biang Kerok 2 merupakan kelanjutan dari cerita film pertama yang sengaja dipotong dan dibagi dua.
Film ini menampilkan akhir dari perjuangan Pengki (Reza Rahadian) mengungkap bisnis kasino ilegal di Jakarta sekaligus misi pencarian harta karun.
Baca juga: Hanung Bramatyo Pastikan Satria Dewa: Gatotkaca Bakal Ada Kelanjutan Kisahnya
Tersanjung the Movie merupakan film drama romantis yang diadaptasi dari sinetron berjudul sama.
Film ini menampilkan Giorgino Abraham dan Clara Bernadeth sebagai pemeran utamanya.
Ceritanya masih sama seperti dalam sinetron namun dibuat lebih ringkas karena faktor durasi film.
Hanung Bramantyo juga pernah menyutradari film animasi berjudul Adit Sopo Jarwo the Movie.
Film ini juga hasil adaptasi dari serial televisi Adit Sopo Jarwo.
Baca juga: Kondisi Hanung Bramantyo Usai Operasi Saraf Kejepit
Satria Dewa: Gatotkaca adalah proyek ambisius tentang superhero Indonesia yang didasarkan pada kisah pewayangan Gatotkaca.
Film ini menjadi gerbang pembuka bagi Satria Dewa Semesta yang rencananya akan menelurkan beberapa pahlawan baru.
Miracle in Cell No. 7 adalah film drama keluarga mengharukan yang diadaptasi dari judul sama produksi Korea Selatan.
Vino G. Bastian dipercaya memerankan Dodo, sosok pria yang memiliki keterbatasan dalam hal kecerdasan.
Ia harus terpisah dengan putrinya, Kartika (Graciella Abigail), karena dituduh memperkosa dan membunuh gadis kecil bernama Melati.
Baca juga: Hanung Bramantyo Bikin Penjara di Studio untuk Film Miracle in Cell No 7