Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Empat Tahun, Akhirnya DJ Oki Koro Dapat Penghargaan

Kompas.com - 29/12/2013, 12:24 WIB
Irfan Maullana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Setelah masuk nominasi dalam sejumlah ajang penghargaan musik electronic dance sejak 2009, akhirnya DJ Oki Toro memetik buah manis dari penantiannya itu. Ia meraih penghargaan DJ of the Year 2013 untuk kategori House DJ versi Paranoia Awards, yang digelar oleh Hard Rock FM.

"Dari 2009, masuk nominasi terus, tapi belum pernah menang. Baru di Paranoia ini menang," kata Oki dalam wawancara di Parc19, Kemang, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Kemenangannya itu dicapainya sesudah kategori House DJ untuk kali pertama menjadi bagian dari Paranoia Awards.

"Tahun-tahun sebelumnya belum ada nominasi House DJ. Tahun ini pertama kali ada, gue masuk nominasi dan ternyata menang," jelas Oki.

Oki mengaku cukup senang dengan prestasinya pada akhir 2013 itu. "Cukup senang, walau pun gue undergound, idealis. Selama ini enggak berusaha 'melacur' (ke jenis musik lain) untuk dapat penghargaan, tapi akhirnya dapat pengakuan," ungkapnya.

Dalam kategori House DJ, Oki bersaing dengan lima nomine lainnya. "Salah satunya, teman seperjuangan gue, DJ Ical," kata Oki.

Namun, Oki dinilai layak menang setelah memenuhi kriteria yang sudah ditentukan oleh dewan juri.

"Untuk masuk nominasi itu, bisa dari masukan dari audience, bisa dilihat dari frekuensi main, kontribusi, dan produksi musik juga. Penilaiannya, perpaduan antara polling audience dengan penilaian juri," lanjut pemilik single "Angry Dolphin" ini.

Oki mulai mengenal musik elektronik sejak duduk di bangku sekolah.

"Gue mulai tertarik nge-DJ dari SMA. Waktu itu di pasar murah gitu iseng-iseng beli round table, piringan hitam, buat main di rumah. Dari situ mulai belajar serius, tapi otodidak aja," kenang Oki.

Kemudian, ia menjadi DJ profesional. "Mulai profesional 2002, waktu itu masih kuliah di Australia. Gue main di salah satu kelab gitu, kebetulan teman gue kenal sama manajernya. Tapi, bayarannya waktu itu masih minimum banget. Kira-kira 100 dollar Australia. Padahal, untuk beli plat (piringan hitam) aja satu biji bisa 20 dollar. Htungannya sih waktu itu masih nombok," lanjut mantan mahasiswa salah satu universitas di Melbourne, Australia, ini.

Setelah jam terbangnya bertambah, Oki mantap memilih profesi DJ sebagai penghidupannya. "Bisa (jadi penghidupan). Buktinya sudah banyak. Banyak DJ-DJ gede dari awal sampai sekarang tetap hidup di DJ. Statusnya sudah kayak rock star banget. Teman-teman gue juga banyak hidup dari sini dan bisa menghidupi keluarga mereka," tutur pendiri sebuah sekolah DJ di kawasan Tebet, Jakarta, Selatan, pada 2007, ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com