Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bujel Dipuro Menjalani Hidup dengan Flute

Kompas.com - 08/01/2014, 23:16 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono
   
Hidup itu barangkali seperti seruling, banyak lobang dan ruang-ruang kosong. Jika tak pandai memainkan, yang keluar bukan harmoni yang baik, melainkan udara yang saling bertabrakan sehingga menghasilkan suara yang berantakan. Tapi jika kita bisa memainkannya dengan baik, maka akan dihasilkan nada-nada yang indah.

Begitulah barangkali alasan kawan saya memilih alat musik flute sebagai pegangannya dalam bermusik. Dia pun mengarungi ruang-ruang kosong pada flutenya dengan jemarinya. Hasilnya, nada-nada indah pun keluar membelai telinga yang mendengarkannya.

"Nggak gitu alasanku memilih seruling sebagai instrumen yang kupakai dalam bermusik," sela kawan yang hendak saya ceritakan berikut ini.
"Lah, terus apa?"
"Niatnya, karena waktu itu, di  tahun 70-an amat sedikit musisi yang menguasai seruling. Maka, jika aku bisa main seruling, tentu aku akan sering dipakai untuk vocal group," jelas kawan saya lagi.

Baiklah, apa pun alasannya, semenjak tahun 70an hingga kini, kawan saya itu tetap setia bermain seruling "londo", alias flute.

Nama sebenarnya kawan saya itu Bambang Pamungkas. Satpam penjaga gerbang menuju rumahnya di salah satu kawasan perumahan yang terletak di Jakarta Barat, memanggilnya Pak Bambang. Sementara pegawai apotek selalu memanggilnya Tuan Bambang sewaktu menunggu giliran menerima obat. Tapi takdir menentukan lain, saat meremaja namanya berubah. Bujel, begitulah kini dan nanti namanya akrab disapa.

Ya, sejak SMA, karena postur tubuhnya nampak paling kecil, dipanggillah ayah empat anak ini Bujel. Konon, yang menamainya Bujel itu sekarang orangnya jadi juragan bakpia di Kalibayem, Yogyakarta.

Sejak itulah, nama Bujel melekat lengket dengan kelahiran Yogyakarta, akhir 1949 berbarengan dengan zaman 'londo mungkur' alias zaman pendudukan Belanda berakhir di bumi Pertiwi. Konon, kata mas Bambang, eh, mas Bujel, mundurnya Belanda sebagai penjajah Nusantara, karena Tuan Bambang lahir. Dan asal tahu saja, Mas Bujel ini bukaanlah keturunan orang kebanyakan. Menurut pengakuannya, dari umur setahun sampai 10 tahun tinggal di istana negara Ngayogyakartahadiningrat, karena ayahnya pegawai Pemda DIY.

Riwayat bermusiknya diawali dari Gedung Negara tempat ayahnya bekerja. Sebab, tiap kali ada tamu negara pasti Mas Bambang, eh Mas Bujel turut menikmati sajian musik korps musik angkatan darat di bawah pimpinan Pak Sarimin.

Sejak itulah Bujel akrab dengan musik, ditambah tiap kali ada pertunjukan wayang kulit, bujel selalu diajak ayahnya. Menginjak remaja, kegemarannya bermusik pun kian menjadi. Dia tergabung dalam kelompok folk song Teater Alam dan ASRI. Ikut rekaman di Yukawi sama Inisisri dan Nanoe dalam kelompok Idiot, sebelum akhirnya ikut memperkuat Kelompok Kampungan bersama Bram Makahekum dan Sawung Jabo, Sirkus barock, Sujiwo Tejo, dll.

Belajar flute secara otodidak. Saking kepinginnya, bujel membuat dari kertas, lantas ditiup-tiupnya sedemikian rupa. Namun upayanya tentu saja tak maksimal, sebag kertas berlubang itu tidak menghasilkan lengkingan seruling. Yang keluar cuma suara bbrrrrttt... brrrttt...

Seperti kita ketahui, flute adalah instrumen musik dari keluarga woodwind. Suara flute berkarakter lembut dan dapat dikombinasikan dengan instrumen lainnya dengan baik. Flute modern untuk profesional umumnya terbuat dari perak, emas atau kombinasi keduanya. Sedangkan flute untuk student umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi perak.

Flute concert standar di-pitch di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa flute untuk profesional ada key tambahan untuk mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti flute merupakan salah satu instrumen orkestra yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari flute. Piccolo adalah flute kecil yang di-pitch satu oktaf lebih tinggi dari flute concert standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkestra.

Flute concert modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas dan profesional.

Open-holed flute, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa key memiliki lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat konser. Namun beberapa pemain flute (terutama pelajar, dan bahkan beberapa pemain profesional) memilih closed-hole "plateau" key.

Untuk tingkat pemula umumnya menggunakan penutup sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com