"Kalau enggak salah Alfred Hitchcock pernah ngomong, 'Meneror seseorang itu bukan saat teror itu datang, tapi mengantisipasi sebelum teror itu datang.' Nah, kami banyak main di antisipasi tersebut. Kami banyak mengisi kejadian yang tidak seperti mereka (penonton) harapkan, tapi kami bermain dengan pikiran mereka juga," jelas sutradara Solit4ire, Rico Michael, dalam wawancara oleh Kompas.com di Javaro Cafe (www.javarocoffee.com), di halaman Bentara Budaya Jakarta (www.bentarabudaya.com), Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Senin (25/8/2014) sore.
Dikatakan oleh Rico, film yang dibintangi oleh Karina Ranau, Irna Mills, Wulan Kalea, Pamela Hallatu, Winnie Yanthi, Mastur, Nadya Febrina, Nico Hernawan, Simon Rama, Ikhsan Samiaji, dan Kintan Putri Hanifa itu menjanjikan banyak kejutan yang tak terduga.
"Penginnya aku kalau bikin film, setelah penonton nonton dua kali itu masih menemukan sesuatu yang baru. Mungkin, secara outer layer-nya, setelah mereka nonton sekali itu kejutan-kejutannya ada," ujar Rico.
"Yang kami jual banget itu dari cerita, dari pemainnya, dari situasinya, dari pengambilan gambarnya, sampai penonton akan bilang, 'Gue enggak sangka di sini kejadiannya seperti ini'," lanjutnya.
Rico banyak mengadaptasi suasana horor dari cerita-cerita klasik yang sering didengar orang.
"Kita pernah dengarkan cerita kalau kita lagi kerja malam, tiba-tiba ada sesuatu di belakang kita lewat. Nah, saya coba menghiperbola lagi apa yang seperti itu. Seperti, misalnya, pulang kantor, sambil menunggu lift itu suka ada berasa yang aneh, tapi tiba-tiba ada something else yang tertangkap di CCTV," ujar sutradara yang mengaku banyak terinspirasi film-film horor Jepang dan Korea ini.
Untuk menguatkan suasana menegangkan itu, Rico sengaja mencipta karakter hantu yang tak dipoles dengan make up berlebihan.
"Sekarang kita berbicara soal seni film. Seni film itu seni yang intim, sedangkan hal-hal yang kecil itu jauh lebih menakutkan dibanding dengan hal yang over. Kalau kita bisa dapatain yang serealistik mungkin, itu jauh lebih menakutkan dibanding yang over," tekan Rico.
"Itu kami belajar dari film horor Jepang dan Korea. Di film ini kami hindari yang over make up, di sini kami enggak ada kuntilanak, enggak ada pocong, enggak ada yang cekikikan hantunya," terangnya.
Dalam film horor yang diklaimnya tak berbumbu esek-esek tersebut, Rico masih menjagokan sosok hantu perempuan untuk menebar teror sepanjang 90 menit pemutaran film.
"Kami merepresentasikan sosok wanita sebagai sosok yang dikagumi laki-laki, tapi juga menakutkan bagi laki-laki. Hantu wanita itu sosok misterius. Ada kecantikannya, ada daya tariknya, tapi juga ada kengeriannya, sesuatu yang enggak mau kita dekati. Dari segi pengambilan gambar, hantu wanita itu rambutnya bisa dimainin dan matanya itu lebih tajam daripada hantu laki-laki," jelasnya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.