KUDUS, KOMPAS.com -- Seniman Butet Kartaredjasa (56) membagi pengalamannya di dunia teater kepada 40 orang, yang terdiri dari para pelaku bidang kreatif dan mereka yang bergerak dalam tim produksi pertunjukan, di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Minggu (18/2/2018).
Butet menilai behwa mereka perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk membuat proposal seni yang bisa diterima semua kalangan.
"Saya seniman, tapi dianggap mampu berkomunikasi dalam proposal. Saya bocorkan semua pengalaman pada peserta," ujar Butet ketika ditemui di gedung Oasis Kudus, Sabtu (17/2/2018) sore.
Para pelaku kreatif di Indonesia, kata Butet Kartaredjasa, berbeda dengan para pelaku seni di negara maju. Di Indonesia, mereka dituntut untuk memahami ilmu manajerial, marketing, hingga perpajakan.
Kemampuan itu diperlukan karena infrastruktur kebudayaan di Indonesia belum mampu menghidupi pelaku seni.
"Saya dipaksa hadir mengurusi hal yang mestinya bukan kerja pekerja krearif. Saya seniman, pemain teater, berkecimpung di sana. Saya aktor, tapi ngurus perizinan, cari sponsor, surat menyurat, proposal, pajak, sewa sound system, dan lainnya," bebernya.
Baca juga: Butet Kartaredjasa: Infrastruktur Seni Pertunjukan Indonesia Bikin Saya Jadi Superman
Menurut Butet Kartaredjasa, jika infrastrurkur kebudayaan di Indonesia beres, para pelaku seni bisa berfokus untuk mewujudkan gagasan mereka.
"Kalau di negara maju, enggak ada aktor urus pajak. Aktor itu melakukan seni peran, pelukis, penari bekerja untuk kreativitas," tambahnya.
Kendati demikian, pihaknya bersyukur masih ada perusahaan yang bersedia mendukung kerja-kerja kebudayaan. Dengan demikian, kegiatan kebudayaan bisa tetap hidup.
Baca juga: Butet Kartaredjasa Ingatkan Seniman untuk Hargai Penonton Pertunjukan
Butet pun menyatakan komitmennya untuk membantu para pelaku kreatif mengakses fasilitas itu melalui proposal seni. Jika itu mereka lakukan, mereka akan berkembang.
"Kami berikan metode yang sederhana tapi efektif. Berdasar evaluasi kami, mereka banyak kesulitan merumuskan gagasan kreatif dalam proposal," ucapnya.
"Kelompok teater di ruang kreatif itu harus full bebas. Itu tidak jadi masalah jika untuk diri sendiri, tapi ketika berada ruang publik maka itu ilmu beda. Ada Ilmu marketing, administrasi, pajak, pelayanan. Rumusan seni harus kreatif," sambungnya.
Selain Butet Kartaredjasa, yang menjadi menor bagi 40 pelaku kreatif dan dari tim produksi adalah Jeannie Park, Direktur Eksekutif Padepokan Seni Bagong Kussudiardja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.