JAKARTA, KOMPAS.com – Putri Marino mengaku ia mempelajari tradisi dan budaya Jawa kuno sekitar satu setengah bulan. Hal itu dilakukan demi perannya dalam film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta”.
Hal itu ia lakukan pada akhir 2017 sampai awal 2018, ketika proses shooting berlangsung.
"Itu kita ada waktu sekitar setengah bulan-lah untuk belajar tentang budaya dan tradisi Jawa kuno,” kata Putri Marino ketika ditemui saat pemutaran perdana film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta” di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu malam (12/8/2018).
Dalam film itu, Putri Marino berperan sebagai Lembayung muda, wanita desa yang emosional dan pernah menjadi tambatan hati Sultan Agung.
Namun, kata Putri, seiring usia yang bertambah, sosok Lembayung berubah menjadi wanita yang tegar.
Baca juga: Produser Film Sultan Agung Berharap Bekas Set Shooting Tetap Berguna bagi Masyarakat
Di dalam cerita film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta” Lembayung terpaksa harus berpisah dengan Raden Mas Rangsang atau Sultan Agung karena Sultan Agung didapuk menjadi raja dan harus mempersunting seorang istri dari keluarga kerajaan.
Film ini merupakan pengalaman pertama Putri Marino memainkan film dengan latar kebudayaan Jawa.
Menurut dia, karena merupakan pengalaman pertama, dia merasa peran dalam film ini benar-benar memberi tantangan.
Baca juga: Hanung Bramantyo Gambarkan Perjuangan dan Pengorbanan Sultan Agung
"Jadi benar-benar tantangan sekali buat into this characters, sih,” ucap Putri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.