KOMPAS.com - Pada era kolonialisme Belanda, perkembangan film di Indonesia didominasi oleh film-film produksi luar, dengan kisah dan tema cerita khas Eropa atau Amerika.
Selain itu, tak semua orang bumiputra bisa menikmati film yang ditayangkan bioskop-bioskop pada masa penjajahan.
Namun, seiring berjalannya waktu perubahan mulai terjadi. Banyak produser perfilman Belanda yang mulai melirik kisah Nusantara sebagai inspirasi cerita, serta pembuatan film di Indonesia.
Tak hanya itu, anak bangsa pun mulai terlibat dalam proses pembuatan film.
Hari ini 92 tahun yang lalu, tepatnya pada 31 Desember 1926, rakyat Indonesia bisa menikmati film Indonesia pertama.
Walaupun diproduseri oleh orang Belanda, film ini resmi rilis di Indonesia. Sejumlah pemain pun merupakan pemain bumiputra.
Film yang berjudul Loetong Kasaroeng mulai tayang beberapa bioskop-bioskop Tanah Air (terutama Bandung). Film Loetong Kasaroeng juga menjadi film Indonesia yang pertama, yang diproduksi dan melibatkan orang Indonesia.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Kapal Induk Pertama Dunia Mulai Beroperasi
Walaupun pada era 1920-an, wilayah ini belum dikenal sebagai Indonesia, namun sejatinya film itu tercatat sebagai pelopor atau tonggak film di wilayah Indonesia.
Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 21 September 1986, film ini dibuat di wilayah Bandung. Sebelumnya, pasar film di Hindia Belanda didominasi film dokumenter produksi Eropa dan film cerita produksi Hollywood, Amerika Serikat.
Loetoeng Kasaroeng diproduksi NV Java Film Company yang didirikan L Heuveldorp dan G Krugers.
Heuveldorp merupakan warga Belanda yang sudah berpengalaman membuat film di Amerika Serikat. Sementara, G Krugers adalah juru kamera Indo-Belanda yang tinggal di daerah Bandung.
Krugers adalah keponakan Boosje, pengusaha perkebunan yang dikenal sebagai "Raja Bioskop" di Bandung. Berkat hubungan dekatnya dengan sang paman, Krugers mendapatkan banyak ilmu mengenai perfilman.
Dilansir dari Harian Kompas yang terbit pada 10 Desember 2008, pembuatan film ini mendapatkan dukungan dari Bupati Bandung ketika itu, Wiranatakusumah V.
Bupati mempunyai rencana untuk memajukan kesenian Sunda agar bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. Selain itu, harapannya adalah muncul inisiatif dari beberapa pihak untuk menggiatkan film dari Indonesia.