PROBOLINGGO, KOMPAS.com -- Hujan, kabut tebal, dan udara dingin yang mengigit bergiliran menyapa Jazz Gunung yang digelar di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut dengan komposisi panggung terbuka, beratap langit, berlatar alam yang melebur harmonis dengan manusia yang memadati Java Banana, Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (21/6/2013).
Padahal, di hari pertama pembukaan Jazz Gunung itu vokalis jazz Sierra Sutedjo yang ditemani Tiyo Alibasjah (gitar), Chaka Priambudi (bas), Fanny Kuncoro (piano), dan Deska Anugrah Samudra (drum) baru saja memainkan intro lagu "It Could Happened To You".
"Ya... hujan lagi," seru Sierra yang akhirnya memilih berteduh di bawah panggung bersama rekan-rekannya.
Meski pertunjukan terpaksa ditunda, Sierra mengaku tetap antusias dengan pengalaman pertamanya manggung di lingkaran cincin api Indonesia yang masih aktif, Semeru, Bromo dan Tengger.
"Untuk pengalaman di atas gunung ini baru yang pertama kali. Suasananya beda ya, melebur dengan alam," kata Sierra.
Sambil menghangatkan diri di dekat pot perapian, Sierra mengaku pengalaman pertamanya ini memberikan sebuah sensasi yang belum tentu dirasakan jika tampil di dalam kota. "Ada sensasi tersendiri, dari cuacanya, juga nuansa ambience-nya beda," ujar Sierra.
Kalau sudah mengigil seperti ini, sambil menunggu hujan reda dan kabut sirna, Sierra yang mengenakan mantel dan syal merah tak pernah putus bersenandung untuk menjaga kualitas vokalnya tetap prima sebelum melanjutkan pertunjukkan Jazz Gunung yang terletak di ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut.
"Pengaruh dengan vokal, karena oksigennya juga tipis, terus cuaca yang dingin. Makanya lebih warm up latihan nyanyi-nyanyi atau minum yang hangat," kata Sierra.
Selang beberapa menit kemudian, cuaca mulai bersahabat. Para penonton yang semula bersembunyi dari hujan itu satu per satu mulai mengisi bangku amphiteater Java Banana.Jumlah mereka terus bertambah hingga mencapai seribu kepala.
"Wah sudah oke nih, lanjut yuk," seru seorang kru Jazz Gunung. Sierra dan rekan-rekannya langsung bergegas menuju panggung yang beralaskan rumput.
Perempuan kelahiran Jakarta 26 Juni 1984 itu pun menyapa para penonton untuk menghangatkan suasana. "Hallo every body, how's doing? Apa kabar? Maaf ya atas tertundanya konser ini karena cuaca tidak bersahabat. Tapi masih bersemangat kan?" seru Sierra yang mengulang kembali nyanyian "It Could Happened To You" yang tadi sempat tertunda.
Tanpa putus Sierra menyajikan lagu-lagu "So Many Stars", hingga "Autumn Leaves" sambil sketching di bagian komposisi yang tak berlirik untuk melengkapi harmonisasi musik bosanova yang dimainkan Tiyo, Chaka, Fanny, dan Deska.
Selain menghibur penonton, Sierra juga mempersembahkan nyanyiannya kepada sang ayah yang pada 20 Juni 2013 memperingati hari jadinya. "Berikut ini sebuah lagu untuk ayah saya. Kebetulan beliau kemarin tanggal 20 Juni ulang tahun dan sekarang hadir di sini sama Mama," kata Sierra.
"Ayo nyanyi bareng, semua pasti hafal lagunya, ini dari album pertama saya," lanjutnya sebelum lagu "Have I Told You Lately" dinyanyikan bersama yang kemudian dilanjutkan ke lagu "Cheeck to Cheeck". Berikutnya Sierra punya kejutan.
"Saya akan memanggilkan seorang yang sudah cukup sepuh. Dia itu guru saya. Sambut lah Idang Rasjidi," seru Sierra memanggil pianis jazz kawakan yang beberapa minggu lalu sempat dilarikan ke rumah sakit Bogor akibat gula darah.