Dari kolaborasi keduanya lahir lah sebuah aransemen baru komposisi "Moddy's Mood for Love". Sierra dan Idang melakukan sebuah 'komunikasi' sketch lengkap dengan bahasa tubuh yang membuat penonton tertawa. Penonton pun mencapai klimaksnya pada bagian ini. Namun, mereka tetap saja belum puas. "One more," kata Idang yang tetap tampil prima di usianya ketika menuntaskan kolaborasinya dengan Sierra di komposisi Tristeza, dan So Danco Samba.
***
Jazz Gunung adalah pagelaran musik bertaraf Internasional yang menampilkan komposisi jazz bernuansa etnik, digelar setiap tahun sebagai gerbang hati bagi kebebasan jiwa, di alam yang dengan kearifannya telah menjadi simbol budaya asli di nusantara.
Diharapkan, jazz dapat hadir sebagai kekuatan yang mampu mendorong dialog kemanusiaan yang memperkaya peradaban Indonesia sehingga perdamaian dapat berfungsi sebagai roh jazz itu sendiri.
Dari sisi landscape, Jazz Gunung menawarkan kelebihan tersendiri yaitu pemandangan alam gunung, dalam hal ini atmosfer alam atau suasana Kawasan Gunung Bromo. Jazz Gunung digelar di alam terbuka. Alam Bromo berikut kondisi sosio-kultural di sekitarnya bukan sekadar menjadi latar belakang yang bersifat pelengkap.
Kawasan Bromo-Tengger-Semeru justru menjadi panggung hidup. Ia menyatu dengan seluruh manusia yang terlibat dalam aktivitas tersebut termasuk musisi dan pengunjung. Alam Bromo dan Pegunungan Tengger dengan segenap warga dan tradisi di sekitarnya menjadi spirit utama yang menaungi pemusik dan pengunjung.
Angin, udara sejuk, hawa segar, aroma rumput, embun, awan, langit biru, satwa, dan tentu saja Gunung Bromo itu sendiri, menjadi bagian tak terpisahkan dari presentasi seniman. Mereka menjadi bagian dari musik itu sendiri. Alam menjadi orkestrasi indah. Ini merupakan totalitas jazz dan alam. Jazz Gunung adalah jazz yang meruang.
Jazz Gunung bukan jazz yang terkurung dalam sekat fisik atau berupa megahnya gedung. Bromo dengan demikian menjadi pemain jazz maha agung. Jazz Gunung digagas oleh beberapa orang yang peduli pada dunia seni, yaitu Sigit Pramono, bankir dan fotografer yang mencintai Bromo dan musik jazz, seniman serba bisa Butet Kartaredjasa, dan Djaduk Ferianto seniman musik yang kerap diundang pentas di mancanegara membawakan world music dengan ciri Indonesia yang kental.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.