JAKARTA, KOMPAS.com -- Perjalanan hidup Ikal dan kawan-kawan berlanjut di luar lingkup Belitong. Setelah melewati pergulatan untuk bertahan mengenyam pendidikan, sebagian anggota Laskar Pelangi harus putus sekolah karena beragam alasan. Namun, Arai dan Ikal berhasil meraih mimpinya. Mereka bukan saja berhasil keluar Belitong, tetapi juga mengecap pendidikan master di universitas elite dunia, Sorbonne, Paris.

Keluguan dua pemuda Belitong di ”Kota Cahaya” menjadi pengantar bagi penonton untuk memasuki dunia baru Ikal (Lukman Sardi) dan Arai (Abimana Aryastya). Lihatlah sudut-sudut Sungai Seine yang berlatar belakang Notre Dame dan Musee D’orsay, taman-taman yang bermandi warna-warni di musim panas, deretan galeri dan resto di Latin Quartier yang membuat kita ingin berlibur. Apalagi, ilustrasi musiknya diimbuhi sentuhan akordion yang menguar rasa Perancis.

Tetapi, pergulatan di Sorbonne memang tak mudah, terutama untuk menghadapi godaan duniawi. Jadilah Ikal mengalami gegar budaya. Ia antara lain terbelah antara pesona tokoh pujaannya Rhoma Irama dan magnet baru yang membuka matanya, Adam Smith, pelopor ilmu ekonomi modern. Ia terbelah antara pesona Katya, pacarnya yang serbabebas, dan rambu-rambu agama yang melekat dalam sanubarinya.

Belum lagi soal finansial. Kedua anak muda ini harus banting tulang untuk bertahan hidup karena uang beasiswa sangat minim. Jadilah mereka bekerja serabutan dari pelayan restoran sampai menjadi ”lumba-lumba” di alun-alun.

Untunglah Ikal memiliki sumber kekuatan. Selain Aling, yang menjadi inspirasi cintanya (meskipun tak lebih dari cinta imajiner), sosok Arai tak ubahnya superego bagi Ikal. Arai ibarat ”ayah” pengganti yang selalu berpetuah tentang moral, idealisme, dan cita-cita. Meskipun pada suatu titik, Ikal merasa muak dengan wejangan Arai.

Film Laskar pelangi Sekuel 2 Edensor yang diadaptasi dari novel Tetralogi Adrea Hirata ini mengambil Paris sebagai setting utama sehingga baik Lukman Sardi maupun Abimana banyak berdialog dalam bahasa Perancis. Sebuah upaya yang patut diapresiasi.

Hanya saja, terlepas dari aktingnya yang baik, penampilan Lukman Sardi mungkin sudah tak cocok lagi untuk memerankan Ikal yang menjadi mahasiswa dengan usia dua puluhan. Penampilan Lukman terlalu ”tua” untuk peran itu. Sementara Abimana yang memerankan Arai yang pencinta Jim Morrison, dengan mudah membaur dalam setting Perancis. Jangan-jangan penonton malah lupa bahwa sosok Arai ini aslinya dari pelosok Belitong.

Dipisah
Penulis novel Edensor, Andrea Hirata, menyetujui pembuatan Edensor dipisah menjadi dua bagian. Film ini lebih banyak menggambarkan pergulatan mahasiswa di luar negeri. ”Ini penting untuk memberikan inspirasi dan semangat besar bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri,” katanya.

Andrea juga mengapresiasi upaya sutradara Benni Setiawan yang menginterpretasi bebas sejumlah alur cerita. ”Kalau sama dengan novel saya buat apa,” tuturnya.

Ia berharap film itu bisa ditonton oleh mereka yang harus berjuang untuk bisa bersekolah di luar negeri. ”Film ini diharapkan menumbuhkan semangat anak-anak muda untuk sekolah. Ini sangat edukatif, ada nilai moral yang disampaikan tanpa harus menggurui. Saya salut kepada Lukman dan Abi yang berupaya berbahasa Perancis. Bahasanya jauh lebih bagus dari bahasa Perancis saya waktu di sana,” tuturnya.

Produser Edensor, dari Mizan Production, Putut Widjanarko, berpendapat kekuatan film ini adalah pada menjaga semangat juang. Arai dan Ikal saling mendukung dan tidak egois untuk memperjuangkan mimpi-mimpi mereka. (ACI)

Laskar Pelangi Sekuel 2: Edensor
Sutradara: Benni Setiawanu
Pemeran: Lukman Sardi, Abimana Aryasatya, Mathias Muchus, Aswendy Nasution, Shalvyne Chang, Zulfani, Endy Ahmad, Ferdian, serta Astrid Roos, Paris Laurent, Gregory Navis, dan Emma Chalbedra.
Produksi: Mizan Production dan Falcon Pictures