"Ini kemo yang kedua. Sebenarnya kondisi Ria itu enggak seperti yang dulu, kepala sudah botak plontos," kata Dewi, sementara Ria sedang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, Rabu (3/12/2014).
"Begitu mau masuk kemo kedua, rambutnya rontok, tapi Ria foto-foto. Dia bilang, 'Saya lihat apa ini motivasi saya untuk berhijab ya'," cerita Dewi.
"Si Ria juga bilang, yang ini kayak (pelawak berkepala botak) Darto Helm. Dia masih bercanda saja. Tapi, berat badannya bisa naik tiga kilogram, soalnya dia enggak dibawa drama (sedih) gitu," lanjutnya.
Dewi mengaku tak kuasa melihat kondisi sang adik kini, kendati Ria sendiri tegar.
"Saya tuh malah yang ngilu, sementara Ria terus menjadi motivasi orang-orang supaya jangan takut, (kanker) bukan vonis hidup atau mati," ucap Dewi.
"Ada orang bilang kemoterapi (efeknya) mual, tapi Ria bawanya happy saja. Sebelum kemo, harus periksa darah, jantung, memenuhi syarat sehingga dia tepat, on schedule (sesuai jadwal kemoterapi)," terang Dewi.
"Ya, apa ya, kalau di keluarga kami, istilahnya orang (lain) tuh tahu yang seneng-seneng aja deh. Kalau kita lagi susah, jangankan orang lain, hati kita aja enggak perlu tahu. Jadi, kami mau sharing yang positif, yang seneng-seneng aja," tutur Dewi.
Dewi mengaku salut atas keinginan kuat Ria untuk sembuh.
"Ya, waktu yang pertama dia dapat beritanya, yang lebih shock saya, kenapa sampai begitu terlambat sudah sampai stadium tiga. Tapi, Ria bilang, 'Ya sudah, kita jalani saja. Saya mau berobat dan harus sembuh'," cerita Dewi lagi.
Dewi pun belajar banyak dari Ria.
"Ya, malah saya yang belajar dari dia gitu, lho. Saya yang ngedrop, dia yang malah bilang jangan didramatisisasi atau macam-macam, dibawa seneng. Dia yang menghibur, bukan saya yang menghibur," tekan Dewi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.