Usai film tersebut diputar, para kritikus dan penonton langsung bertepuk tangan meriah di dalam Escape Miramar Cannes yang berkapasitas 380 orang tersebut. "Film yang sangat menegangkan dan membuat sulit bernafas," kata Koordinator Seleksi Semaine de la Critique atau Pekan Kritikus, Fabien Gaffez, memimpin diskusi singkat usai pemutaran The Fox Exploits The Tiger’s Might.
Sutradara Lucky Kuswandi yang dipanggil ke depan panggung usai pemutaran film menjelaskan latar belakang pembuatan film pendeknya tersebut.
"Film ini mulai dibuat tahun lalu saat Indonesia sedang riuh dengan pemilihan presiden. Pada saat itu, salah satu capres (calon presiden) yang diduga terlibat dalam pelanggaran HAM maju mencalonkan diri. Capres tersebut juga dekat dan merupakan kerabat dari sisa rezim diktator masa lalu," ungkap Lucky.
Cerita mengenai capres dan kelamnya sejarah Indonesia pada 1998, lanjut Lucky, adalah hal yang membuatnya tertarik untuk membuat film tersebut. "Dan pada tahun 1998, etnis Cina menjadi salah satu korban kekerasan dari kediktatoran masa lalu. Namun, pada saat pilpres kemarin, kelompok kaya dari etnis Cina juga banyak yang memberikan dukungan kepada capres bermasalah tersebut. Hal ini yang membuat saya tertarik untuk mengungkap, melalui film ini, betapa cairnya relasi kuasa antara yang menindas dan yang ditindas," kisah Lucky.
Selain menampilkan Lucky Kuswandi, diskusi yang berlangsung selama sekitar lima hingga tujuh menit tersebut juga menghadirkan Atrey Moniaga (pemain), penulis skenario Daud Sumolang, serta dua produsernya, Tunggal Pawestri dan Meiske Taurisia. Ketika ada pertanyaan mengenai situasi perfilman di Indonesia dan sejauh mana peluang bagi film semacam ini untuk diputar bagi publik lebih luas, giliran Meiske yang mengemukakan pendapatnya.
"Untuk film yang mengangkat isu 'sulit' semacam ini, tantangannya besar sekali, sehingga diperlukan pemutaran-pemutaran alternatif agar film-film seperti ini bisa menjangkau penonton," kata Meiske.
Tunggal ikut menambahkan bahwa sejak jatuhnya kediktatoran rezim Soeharto, Indonesia menikmati kebebasan baru di berbagai segi. Tetapi, dunia perfilman masih terbelenggu akibat kerumitan di tingkat lembaga sensor film.
"Lembaga sensor masih dipertahankan, dan sangat menentukan bisa tidaknya suatu film beredar. Padahal obyektivitas dan ukuran penilaiannya harus dipertanyakan," ujarnya.
Untuk diketahui, film The Fox Exploits The Tiger’s Might ini menampilkan tema seksualitas dan relasi kuasa yang masih dianggap tabu bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Mengenai peluang filmnya dalam memenangkan satu dari dua hadiah untuk kompetisi film pendek di Pekan Kritik Cannes 2015, sutradara Lucky menjawab dengan rendah hati. "Saya sudah merasa cukup terhormat bahwa film saya masuk dalam kompetisi ini. Sekarang saya sudah mulai konsentrasi saja pada program lanjutan yang akan difasilitasi oleh Semaine de la Critique ini pada bulan Desember nanti di Paris. Ini kesempatan langka dan saya tak akan melewatkannya," katanya.
Film The Fox Exploits The Tiger's Might saat ini akan diputar di Plaza Miramar Cannes pada Rabu (20/5/2015) mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.