BANDUNG, KOMPAS.com – Sutradara Hanung Bramantyo sempat terkejut ketika Kementerian Pertahanan (Kemenhan) hendak membuat film “Seteru”.
Alasannya sederhana, karena militer Indonesia jarang berbicara kebudayaan, khususnya film.
Berbeda halnya dengan Amerika. Di sana film adalah senjata.
Namun kini negara memperlihatkan keterlibatannya dalam perfilman Indonesia. Kementerian Pertahanan membiayai produksi film “Seteru”.
“Ini positif. Saya merasa mendapat amanah. Sekarang kita berbicara (Seteru) tentang kebinekaan. Selanjutnya bisa tentang agama. Atau seluruh Indonesia harus sudah disusupi ketahanan nasional,” ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (29/4/2017).
Sebenarnya, sambung Hanung, negara sangat berperan dalam perfilman Indonesia pada masa Orde Baru. Presiden Soeharto mengajak sutradara-sutradara ternama untuk membuat film.
Sayangnya itu tidak langgeng karena film yang dibuat berisi doktrin dan bersifat propaganda Orde Baru. Pada masa itu, melalui Departemen Penerangan, negara memegang kendali film.
Lalu masuklah ke masa reformasi dan negara melepas keterlibatannya di perfilman Indonesia.
“Sebetulnya bukan itu yang diharapkan. Negara harus tetap terlibat dalam membangun infrastruktur perfilman,” ungkap pria kelahiran Yogyakarta, 1 Oktober 1975 ini menjelaskan.
Persoalannya, jika melihat film yang masuk Indonesia, sudah mencuci otak generasi muda Indonesia.
Generasi muda lupa siapa pahlawan mereka dan apa arti nasionalisme. Mereka pun mengunggulkan produk luar.
“Itu artinya, dari sisi kebudayaan bisa dikatakan sudah tergerus,” tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.