BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan SUPERMUSIC ROCKADVENTURE
Salin Artikel

Konser Alam Terbuka RockAdventure Tuntas di Sukabumi

Rambut Eben berlumuran keringat, ketika sebagian penonton terlihat memadat ke bibir panggung, sedangkan sisanya tidak ingin diam lalu membuat arena moshing sendiri.

Kenal tidak kenal. Atau tepatnya, dari tidak kenal bisa menjadi kenal, semua berkumpul di tempat yang sama.

"Tanpa basa-basi, this is 'Air Mata Api'," teriak Vicky, vokalis Burgerkill, di tengah ketukan bertubi-tubi dari drumer mereka, Putra Pra Ramadhan, memancing orang-orang yang jumlahnya memang dibatasi ini untuk berdesakan ke arah panggung.

Hari itu, Rabu, 9 Mei 2018, segarnya udara petang area perkemahan Tanakita, Sukabumi, yang berada 1.100 meter di atas permukaan laut menjadi penutup rangkaian RockAdventure 2018.

Bukan cuma Burgerkill di Sukabumi, totalitas serupa disuguhkan Dead Squad di waktu dan tempat berbeda, yakni di area melembah Kampoeng Kopi Banaran Semarang, Sabtu 24 Maret 2018. Mereka membuka penampilan dengan dosis suara bertingkat sampai akhirnya klimaks ditandai masuknya lagu "Lahir Mata Satir".

Selain dua unit cadas tersebut, tampil pula Andra and The Backbone, BIP, Sore, The S.I.G.I.T, Roy Jeconiah, John Paul Ivan, Rocket Rockers, Barasuara, Scaller, Jakarta Blues Factory, Indra7, OomLeo.Berkaraoke di panggung garapan SuperMusic yang terselenggara di area Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur ini.  

Panggung di tiap area alam terbuka itu juga diramaikan grup electro rock Meet After The Storm, band metal Angel of Death, kelompok rock ‘n roll Kasino Brothers, serta Superiots, Nice Firday, Radio Aktif, Equaliz, Vikri Rasta, Iroel Mpalz, Gloria Jessica, dan DJ Eleonora.

Tidak takut

Anti-mainstream. Begitu kira-kira jika alam terbuka yang kerap jadi tempat piknik dipersatukan dengan konser rock dengan totalitas tinggi untuk melepaskan penat.

Namun tidak bisa ditampik, mereka yang menjadi peserta ditantang untuk mengalahkan kekhawatiran karena masing-masing akan berkegiatan di alam terbuka, dan menginap bersama orang-orang baru dari berbagai penjuru daerah.

Bagaimana tidak dekat. Di panggung, jantung ibaratnya direbut di depan mata karena suara gitar, bas, synth, ketukan drum, dan lain sebaginya datang dari jarak yang nyaris tidak seberapa. Pemusik menyapa di tepi panggung, dan mata penonton tepat di depannya.

Sedekat itu, memang, jarak antara pemusik dan penonton dalam acara ini, baik secara fisik maupun secara makna. Pasalnya, saat hari terang, mereka bisa ngobrol langsung, mendengar cerita para musisi ketika mereka berani tetap di jalur musik, dan menantang diri untuk mengembangkannya secara mandiri.

Misalnya ketika Eben membahas loyalitas penggemar di kancah extreme metal bahwa justru band-band independen ini memiliki rantai distribusi sendiri, dan tidak bergantung pada pihak luar.

Konsep tantangan diri, "i dare", ini juga bersifat fisik. Peserta acara di tiap kota ini bisa merasakan adventure game garapan Super Adventure yang mewujudkan kata-kata umum "seru" dan "menantang". Misalnya, menyeberang di ketinggian, hanya mengandalkan otot jari tangan dan jari kaki untuk menahan tubuh di poin-poin panjat tebing agar tidak jatuh.

Pendek kata, mungkin tidak sedikit yang iri ketika tidak merasakan kesempatan ini, dan hanya melihat foto-fotonya. Setidaknya, 6.295 kiriman gambar dengan tagar #rockadventure, dan 2.744 #rockadventure2018 beredar di Instagram, serta bisa menggambarkan menantangnya Rockadventure tahun ini.

Tertarik? Tunggu lagi saja gelaran berikutnya. Kalau penasaran, lihat video dokumentasi acara di tiap-tiap konsernya di halaman ini

https://entertainment.kompas.com/read/2018/05/18/034500210/konser-alam-terbuka-rockadventure-tuntas-di-sukabumi

Bagikan artikel ini melalui
Oke