Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Levi Gunardi, Mencintai Negeri Lewat Piano

Kompas.com - 17/08/2008, 03:06 WIB

Disusul repertoar Fragmen karya jaya suprana. Intro ini sungguh mengingatkan kita pada lagu Untukmu Indonesiaku karya Guruh
Sukarnoputra. Tak jelas benar, siapa lebih dulu yang membuat. Fragmen, meski masih dalam nuansa jawa, ia  bergerak cepat. Boleh jadi karena nafas musik Bali yang kaya dinamika juga menyusup dominan pada lagu ini.

Selanjutnya Levi membawakan repertoar The Dancer, karya Levi sendiri. Sebuah karya Levi yang dibuat tahun 10991 dan baru ditulis setelah 12 tahun mengalir dalam keliaran Levi yang menyebabkan The Dancer berubah-ubah notasinya. The Dancer akhirnya ditulis pada 2004. Semenjak itu Levi pun harus taat dengan komposisi yang ditulisnya sendiri .

The Dancer bercerita tentang penari bali yang mendapat peran utama dalam sebuah pementasan. Sesuai dengan inspirasi yang ia dapat, Levi pun banyak mengambil rasa dan suasana gamelan bali.

Ada yang menarik sebelum Levi menampilkan Hongarian Rhapsody no 2 karya Franz Liszt (1811-1866). Ujar penyuka musik trance dan rock ini, repertoar milik Liszt inilah yang membuat dirinya menjadi pianis seperti sekarang ini. Levi mengaku, dirinya mengenal karya Liszt ini sejak kanak-kanak. Maklumlah, Hongarian Rhapsody memang telah akrab di telinga anak-anak seluruh dunia lantaran komposisi ini dipakai sebagai ilustrasi musik untuk film Tom and Jerry dan Bugs Bunny. Dan konon, 60 persen pianis di seluruh dunia terinspirasi menjadi pianis gara-gara Karya Liszt ini.

Saat memainkan komposisi ini, nyatalah kelas Levi sebagai pianis klasik yang gemilang. Ia menunjukan kepiawaiannya dalam skill,
terutama saat ia beraksi dengan speed yang tinggi.

Usai jeda yang diisi oleh grup musik Surabaya bernama Titan, Levi masuk kembali dan langsung berinteraksi dengan penonton. Seorang penonton perempuan bernama Sarah dari Fakultas Hukum Unair, bertanya kepada Levi, kenapakah bapak satu anak ini harus mengambil tema penari Bali pada lagu karyanya, The Dancer? Kenapa nggak tari jaipong, atau tari Aceh  misalnya.

Levi pun bercerita, saat usianya 15 tahun, ia sempat menonton acara di tv yang menayangkan tari Bali. Acara itu sedemikian mengesankan buat Levi, sampai akhirnya ia membuat komposisi dengan latar cerita kisah penari Bali. "Tapi tak menutup kemungkinan nanti saya belajar musik Padang atau Batak, misalnya," papar Levi.

Selanjutnya, seorang perempuan bernama Rahmi, dosen Fakultas Hukum Unair menyakan pendapat Levi tentang apresiasi musik bangsa Indonesia. Dengan sigap Levi pun menjawab bahwa bangsa kita masih ketinggalan dengan negara luar. "Tapi dari beberapa kota Indonesia belakangan muncul pianis-pianis berbakat. Cuma sayangnya, di Indonesia belum ada konservatori, sehingga mereka lari ke luar negeri. Tapi celakanya, setelah di luar negeri dan mereka betah di sana, mereka banyak yang malas pulang ke Indonesia.

Levi mengakhiri sesi ini dengan repertoar karya Amir Pasaribu berjudul Berceuse dan Tembang Alit karya Jaya Suprana yang dilanjutkan dengan tanya-jawab kembali. Akhirnya, Levi pun menutup konser Musikku untuk Bangsaku dengan lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki.

Hingga puncak acara, penonton tetap terpaku di tempat duduknya masing-masing. Tepukan membahana mengiringi kesuksesan Levi menampilkan repertoar dari lima komponis Indonesia. Levi tak sekedar menampilkan permainan tingkat tinggi, tapi juga interpretasi yang mendalam tentang karya-karya yang dibawakannya. Dan Levi, adalah pianis muda yang masih mau mencintai negeri ini dengan caranya sendiri, yakni mengangkat karya anak negeri lewat denting pianonya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com