Sementara ilmu sunyi adalah puncak laku spiritual dengan mengosongkan diri (pribadi) dari sifat pemujaan diri dengan mempertaruhkan diri secara lahir-batin untuk menolong sesama manusia.
Sosrokartono dengan kalem mengungkapkan, ”Saya adalah manusia. Oleh sebab itu, kemanusiaan tidaklah asing bagi saya.”
Manunggaling akal-jiwa
Sosrokartono (1877-1952) adalah sisi lain intelektual pribumi dalam bayang-bayang kolonial. Genius kontroversial yang menyelami penuh spirit nasionalisme-humanisme. Biografi tokoh ini adalah bab penting dalam sejarah Indonesia modern.
Sosok Sosrokartono memang memperlihatkan keganjilan dalam jalan besar yang pernah dilalui intelektual negeri ini. Ia melakukan semacam sintesis—jika tidak ingin disebut sinkretisme—antara ilmu (intelektual) dan laku (spiritual). Jalan ini memberi kontribusi tersendiri dalam riwayat politik, misalnya. yang dipenuhi lakon-lakon kotor.
Kompetensi intelektual Sosrokartono ketika di Eropa membuat pelbagai kalangan kagum dan takjub. Pilihan menjalankan disiplin ilmu-laku saat ia kembali ke negeri sendiri memang membuat banyak pihak terkejut.
Akan tetapi, bukankah perilaku mendua itu masih juga tercermin hingga hari ini? Atau memang demikianlah karakteristik elite kita, puncak adab dan budaya kita: manunggaling intelek lan spirit?
Bandung Mawardi Peneliti Kabut Institut, Menetap di Karanganyar, Jawa Tengah Jateng
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.