Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raditya Dika: Semua Berawal dari Kesuksesan "Ngeblog"

Kompas.com - 07/01/2009, 10:30 WIB

Bagaimana muncul ide untuk membuat buku?
Sebenarnya, sih, iseng saja. Pas liburan ke Jakarta, saya print semua tulisan di blog. Saya pilih mana yang benar-benar lucu. Saya menyingkirkan tulisan yang mungkin bisa menyakiti hati orang. Awalnya saya ingin kirim ke 10 penerbit. Jadi, saya bawa 10 kopian naskah. Saya berniat mengantarkan sendiri ke penerbit.

Dari rumah saya di kawasan Blok S, Jakarta Selatan, saya ke penerbit ke Gagas Media di Depok. Ternyata sampai sana sudah capek banget. Apalagi ada acara nyasar segala. Begitu capek-nya, setelah naskah saya serahkan, saya malas ke penerbit lainnya. Habis itu langsung pulang. Ternyata saya dapat kabar, tulisan saya bakal diterbitkan.

Berapa lama menunggu sampai naskah diterbitkan?
Cukup lama, sekitar 7 bulan. Selama itu, memang terjadi komunikasi antara penerbit dan saya. Salah satu kebijakan penerbit, menurut editornya, naskah tidak terlalu banyak diedit. Kalau diedit, ada magic of blog-nya yang hilang. Kalaupun ada salah ketik, penerbit membiarkan saja. Juga penempatan huruf kapital yang tidak sesuai. Editor bilang, justru itulah ciri blog, yaitu penulis awam yang tidak pernah bertemu editor sama sekali.

Akhirnya, April 2005 terbit buku pertama saya. Empat bulan kemudian, buku ini masuk best seller. Wah, senang sekali. Nah, untuk buku kedua, saya ingin membuat tulisan yang berbeda. Kebetulan, saya baru baca buku David Sadaris, penulis komedi dari Amerika. Ia membuat tulisan berdasarkan pengalaman pribadinya. Istilahnya personal essay. Buku David sangat memberi inspirasi. Model tulisannya kayak di blog tapi lebih rapi.

Salah satu kesuksesan buku pertama terlihat dengan ada beberapa turunannya. Yaitu Kambing Jantan versi film dan komik. Saya memang baru saja menyelesaikan syuting film. Saya memerankan diri sendiri dengan arahan sutradara Rudy Soedjarwo. Film ini sudah selesai syuting. Sekarang tinggal proses editing.

Bisa cerita sedikit soal film?
Soal pemeran, film ini dibintangi sebagian besar wajah baru seperti saya. Aktor senior salah satunya Pong Hardjatmo. Proses syuting, sih, asyik banget. Mas Rudy orangnya keras, tapi saya banyak menimba pengalaman soal film darinya.

Wah, kalau film ini sukses di pasaran, jangan-jangan Anda ganti profesi menjadi bintang film?
Ah tidaklah. Buat saya jadi bintang film sekadar pengalaman saja. Saya memang menunggu bagaimana hasil film ini. Seandainya berhasil, saya ingin juga menerjuni dunia film tapi lebih di belakang layar saja. Inginnya, sih, jadi produser atau penulis naskah. Yang jelas, dunia tulis-menulis tidak akan saya tinggalkan.

Proses pembuatan komik juga tidak saya duga. Awalnya Dio Budiman, anak Bandung, menghubungi saya lewat e-mail. Dia ingin membuat Kambing Jantan versi komik. Ternyata, setelah ketemu, Dio masih muda banget. Waktu pertama ketemu setahun lalu, dia masih pelajar SMA. Sekarang dia kuliah di FSRD ITB.

Awalnya, Dio ingin memindahkan buku Kambing Jantan ke format komik. Namun, menurut saya, lebih baik membuat cerita baru. Saya membuat naskah yang menceritakan pengalaman saya saat belajar di Adelaide Australia. Total butuh waktu setahun untuk menyelesaikan komik. Saya puas dengan hasilnya. Lucu banget.

Buku Anda, kan, sukses luar biasa. Apa yang ingin Anda sampaikan?
Buat saya, sukses buku ini yang disusul dengan penggarapan versi film dan komik, merupakan indikator, blog bisa jadi sesuatu yang luar biasa.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau