Waktu itu kami diminta memakai baju vintage ala 60-an, biar berasa tahun 60-an. Tapi, sampai di tempat tujuan, ternyata sudah malam sekali dan gerimis dan enggak mungkin saya mengambil foto dengan keadaan gelap seperti itu.
Akhirnya, saya nekat jalan-jalan ke dalam stasiun tua itu. Padahal, semua lampu sudah mati. Untung, masinisnya memperbolehkan kami masuk. Kami jalan hanya dengan penerangan dari handphone.
Saya lalu bilang ke Ira, "Sayang sekali kalau enggak motret," karena Ira sudah pakai baju vintage. Sampai akhirnya saya melihat ada sudut yang mendapat penerangan dari lampu luar. Saya bilang ke Ira, "Sepertinya oke tuh foto di situ." Meskipun minim cahaya dan keadaannya memang tidak memungkinkan untuk foto, saya bereksperimen.
Segala upaya saya lakukan, dari pakai timer, menyelelaraskan ketajaman gambar dan warna, hingga yang paling sulit saat itu adalah mencari titik fokus. Sampai akhirnya saya berhasil menciptakan satu foto itu. Saya puas dan memamerkannya kepada teman saya yang saat itu kameranya dan lensanya lebih canggih.
Kamera jenis apa yang anda gunakan pada saat itu?
"Saya hanya menggunakan Nikon D80 dengan lensa sigma yang tidak terlalu bagus. Dan, saya puas dengan pujian teman saya bahwa kamera tidak harus selalu canggih, tapi siapa yang meramu dan membuat fotonya. Kamera D80 saya adalah kamera digital pertama saya dan sampai saat ini masih saya gunakan. Saya punya lensa wide angle, lensa fix, lensa 50 ml, dan terakhir kemarin baru saya beli lensa sigma yang sudah canggih dengan menggunakan optikal.
Ada rencana untuk membuat pemeran foto tunggal?
Soal rencana pameran tunggal tentu saya sangat tertarik. Awalnya, ketika TeMBI menawarkan, saya sempat bertanya, "Yakin akan memajang dan memamerkan hasil foto saya?" Ketika TeMBI bilang oke, saya dengan senang hati memberi. Itu artinya, ada orang lain yang menilai karya saya dan TeMBI merasa karya saya memang pantas dipamerkan. (C9-09)