Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Srimulatan Bersama Srimulat

Kompas.com - 26/06/2011, 02:34 WIB

Melucukan

Awak Srimulat seperti Mamik, Tarzan, dan Tessy masih terasa sebagai sosok sentral dalam SCB. Ini menjadi satu kekuatan acara tersebut. Refleks panggung, spontanitas dalam merespons situasi, dan improvisasi mereka sangat prima, khas gaya panggung lawak srimulatan. Simak adegan ketika Tarzan bertamu ke rumah Mamik. Karena lama tak bertemu, mereka dari jauh sudah saling siap bersalaman. ”Ah Pak Tarzan...” seru Mamik.

Mereka pun saling mendekat untuk bersalaman, tapi mereka hanya saling berpapasan. Mereka berbalik dan berusaha akan bersalaman kembali, dan meleset kembali.

Itu lawakan gaya lama yang disadari benar oleh Tarzan dan Mamik. Bukan Srimulat kalau mereka tak mampu menertawakan diri sendiri dan menjadikan materi kuno itu sebagai lawakan. ”Kok simpangan terus.... Ini sudah lama tak dipakai, tapi masih enak,” kata Mamik di panggung.

Pemain baru dikondisikan untuk menghadapi spontanitas semacam itu. Sari, seorang peserta perempuan, misalnya, tiba-tiba harus menghadapi Tarzan yang mengeluarkan jurus lawak khas Srimulat: Tarzan secara spontan, berpura-pura tak sengaja duduk di pangkuan Sari layaknya duduk di sofa. Sari dengan refleks berkomentar, ”Mentang-mentang saya sudah expired.”

Sari mengaku, sebelumnya gaya men-duduk-i ala Tarzan itu tidak ada dalam rencana. ”Walau kami sudah latihan dengan urutan a-b-c sampai z, tapi di panggung bisa berbeda. Kami harus peka dan cepat tanggap,” kata Sari yang tampak sudah cukup berbakat untuk melawak dengan gaya srimulatan.

Meski para senior Srimulat itu menjadi tokoh di SCB, akan tetapi mereka tidak memosisikan diri sebagai bintang. ”Tugas kami itu melucukan mereka (peserta SCB). Srimulat itu yang dicari yang muda-muda. Kami hanya pelengkap,” kata Tarzan. 

”Nyrimulat”

Srimulat dari masa ke masa mempunyai bintang-bintang seperti Bandempo, Johnny Gudel, Eddie Geyol, Asmuni, Gepeng, Basuki, dan Mamik. Mereka muncul ke pentas dengan seleksi alami lewat proses kehidupan sehari-hari dalam komunitas Srimulat, entah itu di permukiman, di belakang panggung, dan yang jelas di atas panggung sebagai ”universitas” hidup para pelawak Srimulat.

”Kelenturan kami sebagai penghibur itu tidak bisa diajarkan secara teoretis,” kata Mamik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com