Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir dari Petualangan Si Bocah Penyihir

Kompas.com - 01/08/2011, 15:17 WIB

Dalam menjalankan misinya, Potter selalu ditemani dua sahabatnya, Hermione dan Ron. Misi pertama, ketiganya adalah meminta bantuan seorang pekerja bank Gringotts bernama Griphook untuk mencuri Helga Hufflepuff's Cup dari ruangan penyimpanan penyihir Bellatrix. Marahlah si Voldemort, diperintahkannya mengawasi kedatangan Potter dan gengnya karena Voldemort merasa horcrux selanjutnya yang berada di sekolah Hogwarts akan menjadi incaran.

Benar saja, kedatangan ketiga sahabat itu ke dunia sihir lagi langsung disambut pencarian mereka oleh penduduk sekitar. Untungnya, mereka berhasil diselamatkan oleh Aberforth Dumbledore (adik Dumbledore), dan dibawa seorang hantu yang telah menjadi hantu lewat sebuah cermin langsung menuju ke sekolah Hogwarts.

Di sana, mereka disambut Severus Snape, pengganti kepala sekolah Hogwarts pasca kematian Dumbledore, yang sudah dianggap sebagai tangan kanan Voldemort, untuk menangkap Potter. Sayang, rencana Snape gagal karena seluruh profesor dan murid Hogwarts di bawah koordinasi profesor Minerva McGonagall bekerjasama melindungi Potter dan justru balik mengusir Snape secara tidak langsung.

Meski ditakut-takuti Voldemort melalui bisikan akan menghancurkan Hogwarts seandainya tidak menyerahkan Potter saat itu juga, di bawah bimbingan McGonagall, seluruh pengisi sekolah serempak memilih melindungi Potter. Kemudian, dengan sihir hebatnya yang ditembakkan ke langit, seluruh profesor bersama-sama membuat suatu lapisan pelindung di sekitaran area Hogwarts berbentuk kubah transparan.

Patung batu dihidupkan, guna menjadi pasukan pelindung perbatasan. Sementara itu, Potter mencari dan menghancurkan Rowena Ravenclaw's Diadem dan dua teman trio lainnya menghancurkan Helga Hufflepuff's Cup.

Potter dan dua temannya kemudian menyusul Snape yang menemui Voldemort di rumah perahu, sementara perang besar sedang terjadi antara Hogwarts dan pasukan Voldemort. Hanya menguping, Potter mengetahui keinginan Voldemort menguasai tongkat sihir tersakti, tongkat elder, yang hanya dapat dikuasai oleh orang yang telah membunuh pemilik sebelumnya. Pemilik terakhir itu rtak lain Dumbledore.

Voldemort mempunyai informasi bahwa pembunuh Dumbledore adalah Snape, sehingga dibunuhlah Snape  oleh tangan Nagini. Jelang kematian, Snape meminta Potter untuk mengumpulkan air matanya dan mengiyakan bahwa mata Potter mirip sang ibu, Lily Potter. Mendengarnya, Potter hanya berkerenyit tak mengerti.

Banyak teka-teki kehidupan Potter dan dunia sihir terpecahkan dalam film ini. Melalui air mata Snape yang telah diterawang, Potter mengerti bahwa dirinya merupakan salah satu horcrux Voldemort.

Dulu, Snape rupanya jatuh hati dengan ibunya, namun gagal memilikinya dan bersumpah akan selamanya menjaga rasa cintanya yang tulus tersebut selamanya. Potter dibawa Snape ke sekolah Hogwarts dan dibesarkannya, mendapatkan cinta kasih dari semua teman-teman dan profesornya, meskipun anak yang satu ini terkesan arogan, mirip Voldemort.

Termasuk rasa sayang Snape kepada Potter yang semakin tergali manakala anak tersebut mengingatkan dirinya pada Lily, perempuan taksirannya seumur hidup, lewat dua buah bola matanya. Akhrinya, Potter menyerahkan diri kepada Voldemort, dan dibunuh. Di alam bawah sadar, Potter bertemu dengan Voldemort, bertanya banyak hal pada dia, tentang Voldemort, Snape sang pemberani yang tulus, sampai perbincangan mereka apakah riil atau imajinasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com