JAKARTA, KOMPAS.com -- Masih ingat Ti Lung? Aktor laga Hongkong yang populer pada era 1970-an itu turun gunung. Dia datang ke Jakarta untuk menandai peluncuran saluran televisi berbayar Celestial Classic Movies yang akan menayangkan film-film produksi Shaw Brothers.
"Saya pernah muda, tetapi sekarang peran saya kakek-kakek, ha-ha-ha...," kata Ti Lung, pekan lalu di Jakarta.
Ti Lung kini berusia 65 tahun. Sosoknya tidak seperkasa seperti ketika dia membintangi film-film semacam Young People (1972) atau Blood Brothers (1973). Ketika itu ia masih berusia 20-an tahun dan merupakan salah seorang aktor andalan Shaw Brothers yang filmnya laris di Tanah Air.
Barisan "pendekar" segenerasinya waktu itu, antara lain, David Chiang, Cheng Sin, Wang Yu, Chen Kuan Thai, Meng Fei, Yastaki Kurata, dan Bruce Lee. Mereka sangat dikenal penikmat film silat di Indonesia usia dewasa, remaja, ataupun anak-anak usia sekolah dasar yang lolos menonton bioskop meski sebenarnya belum cukup umur.
Film-film Ti Lung yang terkenal di Indonesia selain dua judul tersebut, antara lain, Vengeance (1970), Duel of Fists (1971), juga The Generation Gap (1973). Film-film tersebut digarap sutradara tenar Chang Cheh yang oleh Ti Lung disebut sebagai sutradara bermata setajam elang.
Ini termasuk ketajaman Chang Cheh dalam melihat kemampuan Ti Lung yang sering dipasangkan dengan David Chiang. Jika David Chiang bertampang cengengesan dan slengekan, maka Ti Lung tampil serius, alim, dan bijaksana.
Ti Lung dianggap sebagai salah satu ikon dunia persilatan di jagat sinema Asia. Ia bahkan disebut-sebut sebagai bagian dari "Three Dragons of Kung Fu Movies" (Tiga Naga dari Film-film Kung Fu) bersama Bruce Lee dan Jackie Chan. Ti Lung merasa berada di masa yang tepat.
"Saya sangat beruntung. Industri perfilman saat itu sedang subur, stabil, pemasarannya juga sangat bagus. Persaingannya belum seketat sekarang. Cap dagang (brand) Shaw Brothers juga diterima secara luas," papar Ti Lung mengenang era 1970-an. "Sekarang China sudah terbuka. Kami punya Jet Li dan bermunculan bakat-bakat muda. Film kini dibuat dengan standar dan kualitas yang lebih baik. Dunia sudah semakin terbuka. Saya bisa menerima kenyataan itu," katanya.
Babak baru
Sebagai aktor, Ti Lung cukup luwes menghadapi perubahan usia dan perkembangan serta tren pasar perfilman. Ia menyadari benar aktor laga mempunyai masa kedaluwarsa.
"Menjadi aktor laga itu masanya relatif pendek. Kami harus mencari cara untuk memperpanjang karier di dunia film. Kalau tidak, kami harus mencari arah (kehidupan) yang lain," kata Ti Lung. "Saya memberi kesempatan kepada diri saya untuk memasuki babak baru," tambah Ti Lung tentang dinamika hidupnya di dunia perfilman.