Oleh Frans Sartono
Baiklah kita tidak buru-buru mengandangkan Monita Tahalea sebagai penyanyi dari genre musik tertentu. Nikmati saja suara dan cara perempuan berdarah Maluku-Manado itu bernyanyi. Suaranya natural. Ia bernyanyi tidak dengan
cara seperti dibuat-buat. Tidak memaksakan untuk harus ada vibrasi. Ia mengeluarkan suara dengan polos, apa adanya.
Barry Likumahuwa, seniman jazz muda yang sering mengajak Monita tampil, menilai suara Monita sebagai enak, dengan timbre jelas, dan warna suara yang unik. ”Tapi yang paling spesial adalah cara menyanyinya yang apa adanya dan tidak berusaha membuktikan apa pun,” kata Barry.
Secara pasar, suara empuk, lembut, hangat, itu juga terbilang langka di belantika musik Indonesia saat ini. Di luar sana banyak penyanyi berteriak atau menangis. Monita memilih membisik sejuk. Ada yang mengatakan jenis suara
Monita itu sebagai suara kamar, bukan suara stadion.
Suaranya seperti tidak mampu meraih nada tinggi. Dan ketika ia harus menjangkaunya, maka ia bisa sampai dengan tidak memaksa. Mesra pula terdengarnya. Seperti ketika bernyanyi ”Over The Rainbow” di album Dream, Hope & Faith produksi Inline Music 2009 di bawah arahan Indra Lesmana. Diiringi gitar seniman jazz sekelas Oele Patiselanno yang kental rasa swingnya itu, Monita menunjukkan karakter suara enaknya. Terlebih pada lagu itu ada modulasi atau peralihan nada dasar ke yang lebih tinggi. Dari situ tampak dinamika suara Monita dalam berbagai warna.
Album Dream, Hope & Faith memosisikan Monita Tahalea sebagai penyanyi yang dekat dengan wilayah rasa jazz. Produser album yang sekaligus pembuat aransemen untuk album tersebut adalah Indra Lesmana. Ia memberi sentuhan rasa jazz yang tidak jazz banget. Karakter suara Monita pas dengan lagu jazz standar seperti ”God Bless The Child” milik legenda jazz Billie Holiday.