Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BISIKAN JAZZY MONITA TAHALEA

Kompas.com - 28/10/2012, 05:34 WIB

Meski itu lagu jazz standar, cara Monita bernyanyi tidak berpretensi untuk nge-jazz. Dan justru itu menariknya.

Dirunut dari riwayat, Monita memang sejak lama bersentuhan dengan rasa jazz. Namun, dengan rendah hati ia mengaku tidak menyebut diri sebagai penyanyi jazz. ”Saya tidak mencoba untuk menjadi jazz. Belum. Masih jauh. Kalau Margie Segers itu penyanyi jazz. Tapi, saya ingin...” kata Monita yang tampil di perheletan musik yang dinamai Bunaken Jazz di Manado, Sabtu (20/10).

Musik dengan kandungan rasa jazz ia serap dari film-film Walt Disney atau Hollywood pada umumnya. Elemen jazz dalam film-film tersebut ia terima tidak dengan kesadaran bahwa apa yang ia dengar itu adalah jazz. ”Waktu itu saya belum mengerti jazz itu apa. Saya cuma nonton film dan suka lagu-lagunya,” kata Monita yang tampil di JakJazz pekan lalu.

Jazz tersimpan di memori auditif Monita sejak kecil lewat musik film. Referensi awal itu menjadi semacam benih yang tumbuh di kemudian hari. Ketika SMP ia belajar nyanyi di Bina Seni Suara (Biss) dan kemudian berlanjut di Elfa’s Music Studio milik Elfa Secioria (alm). Dari sana, ia dicekoki dengan lagu-lagu jazz. ”Pertama kali belajar lagu ’Tenderly’. Terus ’Blue Sky’. Lagunya kayaknya pakai nada-nada miring. Susah nyanyinya. waktu dinyanyikan rasanya bikin merinding,” kata Monita mengenang.

Saat itu sebenarnya ia diam-diam telah dirasuki oleh semangat jazz. Lagu ”Tenderly” yang ia dengar adalah versinya Ella Fitzgerald, sedangkan ”Blue Sky”-nya adalah milik Billie Holiday. Keduanya adalah legenda jazz yang wajib dikenal penyanyi (juga penikmat) jazz. Nyatanya, lagu-lagu tersimpan kuat dalam benaknya. Nada-nada ”miring” itu adalah blue tonality, yang menjadi salah satu elemen jazz.

”Saya terngiang-ngiang terus dengan lagu-lagu itu. Seperti ada isinya. Tapi, waktu itu saya belum mengerti kalau itu lagu jazz. Saya cuma tau itu lagu-lagu tua,” kata Monita.

Ia kemudian bergabung dengan Elfa’s Children Choir dan pernah diikutkan dalam kontes paduan suara. Dari situ Monita dilatih scat singing—melantunkan silabel dalam improvisasi yang lazim dalam jazz. Ia juga belajar lagu ”Take Five” lagu standar jazz karya Paul Desmond yang dipopulerkan kuartet jazz Dave Brubeck. ”Waktu itu, saya masih juga belum tahu kalau itu jazz.”

Idola

Ketika SMA Monita ikut kontes nyanyi televisi ”Indonesian Idol” 2005 dan berada di posisi ke-4. Belakangan, tahun 2009 sejumlah ”alumni” para idola itu dikumpulkan Indra Lesmana dalam album Kembali Satu. Berada di lingkungan pergaulan Indra Lesmana, Monita mengenal jazz secara lebih mendalam. Ia mempelajari jazz lewat mendengar dan membaca. Kebetulan dalam Kembali Satu ia kebagian lagu yang jazzy, yaitu ”Di Batas Mimpi” karya Indra Lesmana/Eki Puradiredja. Lagu yang sama ia bawakan lagi dalam album Dream, Hope & Faith.

Sejak itu Monita banyak bergaul di lingkungan seniman jazz. Pada 12 Oktober, misalnya, ia tampil pada perhelatan musik Serambi Jazz di GoetheHaus, Jakarta, bersama musisi jazz kawakan Oele Patiselanno, Jeffrey Tahalele, dan Cendi Luntungan. Ia dengan mulus membawakan ”God Bless the Child”. ”Itu impian saya bisa bernyanyi dengan musisi jazz terkenal Indonesia.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com