Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lola Amaria: Saya Membuat Film Sesuai Hati Nurani

Kompas.com - 06/11/2012, 10:48 WIB

Saya mungkin tidak bisa terjun langsung, tetapi setidaknya karya saya yang ada dan berhubungan dengan TKI/TKW mudah-mudahan bisa membuka banyak orang bahwa kesuksesan pun penting untuk diberitakan sebagai salah satu bentuk penghargaan. Toh, mereka juga adalah pahlawan devisa, bukan?

Saya sangat terkesan dengan film Sanubari Jakarta. Saya tertarik serta enggak sabar untuk menonton film terbaru Mbak Lola Lumba-lumba. Kebetulan saya menulis beberapa cerpen yang bertema LGBT. Misalkan saya ingin mengirim cerpen tersebut ke Mbak Lola, apa bisa? Mungkin bisa menjadi sedikit bahan referensi buat Mbak.

(Yohanes A Wibowo, Ciledug, Banten)

Ralat ya: sebenarnya Lumba-lumba adalah bagian dari Sanubari Jakarta. Film tersebut sudah tayang di jaringan Bioskop 21 pada April lalu. Jika ingin mengirimkan ceritanya, silakan kirim ke lola.amaria.management@gmail.com


Dear Mbak Lola, sebagai sutradara, adakah rencana dalam waktu dekat membuat film
yang sedikit menggigit tentang situasi di negeri kita, khususnya korupsi dan koruptor? (Helder Nadeak, Kalimantan Selatan)

Dalam waktu dekat saya sedang mempersiapkan sebuah film cerita layar lebar tentang buruh lokal. Untuk hal yang menggigit dan berbau politik, seperti korupsi dan koruptor, saya masih mempertimbangkannya. Hal itu mengingat untuk membuat sebuah film berbau politik dibutuhkan riset yang cukup kuat dan mendalam.

Apa yang melatarbelakangi Anda berpindah profesi dari seorang pemain film menjadi sutradara? Lebih enak menjadi pemain atau bertugas di balik layar? (Suci Bella Dwi Kurnia, Cileungsi, Bogor)

Bagi saya, saya tidaklah berpindah profesi. Saya tetap bermain sebagai pemain film. Sutradara adalah kegiatan baru bagi saya. Saya hanya mengikuti proses yang ada karena bagi saya, hidup adalah sebuah proses perjalanan.

Jika ditanya lebih enak mana menjadi pemain atau petugas yang bertugas di balik layar, saya lebih suka menjadi seseorang yang bertugas di balik layar.

Menurut Mbak Lola, apa sih arti sebuah pernikahan dan keluarga itu? (Ary Bachtiar, Sumedang)

Pernikahan adalah ibadah. Keluarga adalah faktor pemberi semangat utama dalam menjalankan hidup untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Mbak Lola, siapakah inspirator dalam hidup Mbak Lola? (Vallencia Nandya Paramitha, Semarang)
Inspirator hidup saya adalah pengalaman hidup saya.

Mbak Lola, menurut saya, sutradara Indonesia itu hebat-hebat, lho. Tetapi, mengapa mereka mau dan rela ”menggadaikan” dirinya untuk membuat film-film yang jelek dan sekadar memenuhi pasar? Sulit, ya, bertahan di idealisme itu selama masyarakatnya belum cerdas? (Jimmy Lu, Pondok Cabe, Tangerang Selatan)

Bagi saya itu adalah hal yang sah dan merupakan pilihan. Saya menghormati hal itu. Tidak ada yang benar atau salah untuk ini karena semua berhak melakukan apa yang mereka suka.

Bagaimana cara memosisikan diri di lapangan ketika melakukan survei/riset untuk mengangkat pengalaman ke dalam layar lebar?
(Syarief Kate, xxxx@gmail.com)

Ketika melakukan riset atau survei, saya melakukannya tentu dengan hati. Saya menjadi manusia biasa tanpa atribut apa pun. Bekerja bersama, mengobrol, terkadang bahkan menginap bersama untuk mendapatkan detail dan mood yang sesungguhnya.

Dengan melakukan empati, saya berkeyakinan saya bisa memotret atau merekam apa yang seharusnya saya rekam dan saya potret sesuai dengan keadaan dan mood aslinya.

Mbak Lola Amaria, salut dengan keberadaan Anda di pentas industri film Indonesia. Bagaimana tanggapan Mbak Lola dengan adanya tema film yang kebanyakan hampir sama dari itu ke itu saja? Dari mana keberanian Mbak Lola membuat film dengan genre berbeda dari yang lain?

(Maidin Situmorang, SMA Bintang Laut Bagansiapiapi, Riau)

Niat tulus, keyakinan, tekad kuat, dan konsistensi, serta dukungan teman-teman baik saya itulah yang menjadi modal keberanian saya untuk bisa membuat film-film saya.

Sebagai produser film Sanubari Jakarta, Lola Amaria seharusnya bisa banyak memberi masukan untuk gubernur baru Jakarta Joko Widodo atau Jokowi. Apa saja, boleh tahu, kan?
(Zahrun Hafni Harahap, Jakarta Selatan)

Masukan saya untuk Gubernur DKI Jakarta Bapak Jokowi yang waktu itu juga pernah saya tanyakan kepada teman-teman saya: Saya/kami ingin merasa nyaman sebagai penduduk kota Jakarta. Kami mau nyaman pakai rok mini, nyaman bahwa saya/kami dari kaum minoritas, nyaman bahwa saya/kami berbeda dari orang lain, nyaman karena tidak ada diskriminasi, serta tentunya tidak ada banjir dan macet di Jakarta, ya....

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com