Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lola Amaria: Saya Membuat Film Sesuai Hati Nurani

Kompas.com - 06/11/2012, 10:48 WIB
Apakah Lola tidak ingin membuat film atau karya dengan mengangkat permasalahan
selain di Ibu Kota? Misalnya, mengangkat konflik tertentu (terkait
pendidikan/kebudayaan) di beberapa daerah?
(Vika Varia Mato Vana, Jember)

Saya sangat tertarik untuk menggali lebih jauh mengenai seni dan budaya Indonesia, khususnya Indonesia timur. Bagi saya, Indonesia timur adalah bagian negara ini yang sejauh ini masih murni dan cantik alamnya, masih asri budayanya, pun menarik dan belum banyak yang memopulerkannya. Sesungguhnya budaya Indonesia timur itu kaya sekali.

Apa keinginan hidup terbesar Mbak Lola yang belum tercapai dan ingin terwujud atau mewujudkannya? Boleh tahu?
(Retno Mulyadi, Depok, Jawa Barat)

Bagi saya, hidup adalah proses berjalan sehingga memerlukan banyak proses pembelajaran. Berkarya lebih baik dan lebih baik lagi serta konsisten pada apa yang saya yakini itu benar adalah bagian dari cita-cita saya.

Sewaktu shooting Ca Bau Kan, begitu besar perhatian masyarakat Semarang. Kebetulan tempat shooting-nya sekitar
Semarang dan Ambarawa. Bagi Anda, apakah ada kesan khusus selama pembuatan atau proses produksi Ca Bau Kan?
(Farid Widodo, Banyumanik, Semarang)

Kesan yang pasti tentunya saya belajar dan berguru kepada orang-orang hebat yang terlibat di dalam pembuatan film Ca Bau Kan. Saya menjadi lebih tahu lagi mengenai Semarang, Ambarawa, Lasem, dan sekitarnya. Saya lebih memahami budaya China yang berkembang di kawasan Indonesia pada masa itu.

Mengapa memilih isu lesbian, gay, dan transjender, serta TKI untuk diangkat dalam film? Pengalaman menarik apakah yang pernah Anda alami saat melakukan riset untuk film-film tersebut? (Dewi Lestari, Babakan Dramaga, Bogor)

Saya memilih isu-isu tersebut karena saya berada di tengah-tengah mereka dan sering berinteraksi dengan mereka.
Hal paling menarik adalah saya menjadi lebih paham dan mengerti akan arti diskriminasi dan keberagaman.

Apakah pemerintah hadir dan berperan dalam industri perfilman Indonesia, atau para insan film itu jalan sendiri dan sudah tidak memerlukan kehadiran pemerintah? (Bowo Legowo, DI Yogyakarta)

Terus terang saya tidak mengerti apakah pemerintah membantu atau tidak. Selama ini, dalam berkarya membuat film saya selalu berusaha sendiri dan teman-teman mencari investor dana, mendistribusikan, dan mempromosikan film sendiri. Kalaupun harus hadir ke festival luar negeri, saya harus mengurus sendiri.

Namun, bagi saya, tidaklah penting pemerintah membantu atau tidak. Intinya, bagi saya adalah passion dalam membuat film secara konsisten adalah hal yang terbaik.

Setahu saya, negara ini belum memiliki tata laksana/kelola ekonomi untuk industri film. Jadi, sebenarnya, adakah industri film Indonesia ini atau tidak? Itu yang sedang saya coba paham.

 Pemenang Edisi Adik Vermansyah
• 1. Budi Gunarta, Cibinong
• 2. Asihon Siallagan, Batam, Kepulauan Riau
• 3. Bima Sigit Kuspriyadi, Jebres, Solo
• 4. Ancel Bero, Malang
• 5. Helder Nadeak, Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com