Saya sangat tertarik untuk menggali lebih jauh mengenai seni dan budaya Indonesia, khususnya Indonesia timur. Bagi saya, Indonesia timur adalah bagian negara ini yang sejauh ini masih murni dan cantik alamnya, masih asri budayanya, pun menarik dan belum banyak yang memopulerkannya. Sesungguhnya budaya Indonesia timur itu kaya sekali.
Bagi saya, hidup adalah proses berjalan sehingga memerlukan banyak proses pembelajaran. Berkarya lebih baik dan lebih baik lagi serta konsisten pada apa yang saya yakini itu benar adalah bagian dari cita-cita saya.
Kesan yang pasti tentunya saya belajar dan berguru kepada orang-orang hebat yang terlibat di dalam pembuatan film Ca Bau Kan. Saya menjadi lebih tahu lagi mengenai Semarang, Ambarawa, Lasem, dan sekitarnya. Saya lebih memahami budaya China yang berkembang di kawasan Indonesia pada masa itu.
Mengapa memilih isu lesbian, gay, dan transjender, serta TKI untuk diangkat dalam film? Pengalaman menarik apakah yang pernah Anda alami saat melakukan riset untuk film-film tersebut? (Dewi Lestari, Babakan Dramaga, Bogor)
Apakah pemerintah hadir dan berperan dalam industri perfilman Indonesia, atau para insan film itu jalan sendiri dan sudah tidak memerlukan kehadiran pemerintah? (Bowo Legowo, DI Yogyakarta)
Terus terang saya tidak mengerti apakah pemerintah membantu atau tidak. Selama ini, dalam berkarya membuat film saya selalu berusaha sendiri dan teman-teman mencari investor dana, mendistribusikan, dan mempromosikan film sendiri. Kalaupun harus hadir ke festival luar negeri, saya harus mengurus sendiri.
Namun, bagi saya, tidaklah penting pemerintah membantu atau tidak. Intinya, bagi saya adalah passion dalam membuat film secara konsisten adalah hal yang terbaik.
Setahu saya, negara ini belum memiliki tata laksana/kelola ekonomi untuk industri film. Jadi, sebenarnya, adakah industri film Indonesia ini atau tidak? Itu yang sedang saya coba paham.