Budaya mengumpulkan
Kolektor piringan hitam David Tarigan berpendapat, maraknya penjualan piringan hitam pada era sekarang terjadi karena beberapa band luar negeri masih setia mengeluarkan format ini. "Pada era 2000, band The Strokes dan Franz Ferdinand disukai banyak orang. Mereka tergolong band independen yang labelnya tetap mengeluarkan piringan hitam," kata David.
Fenomena itu menjalar ke mana-mana, termasuk Indonesia. Apalagi, beberapa band yang terkenal pada awal dekade 2000, seperti The White Stripes, hanya mengeluarkan format piringan hitam. Band ini juga mengeluarkan CD, tetapi didahului piringan hitam.
Di luar negeri, kultur mengeluarkan piringan hitam memang diawali oleh band dan label independen. Musisi rock dan metal Barat bisa memengaruhi penggemar untuk mengumpulkan apa pun yang mereka keluarkan, termasuk piringan hitam. "Jadi, orang yang tak punya pemutarnya juga ikut-ikutan membeli piringan hitam," kata David.
Pernyataan itu dibenarkan Ricky Siahaan, gitaris band Seringai. Band yang baru saja membuka konser Metallica di Jakarta itu mengeluarkan piringan hitam dua lagunya. Mini album itu juga ludes dibeli penggemar. "Sekarang orang menganggap piringan hitam layaknya merchandise seperti kaus band," kata Ricky.
Fenomena ini juga menarik minat label bermodal besar seperti Sony Music. Pada Maret 2012, mereka melepas piringan hitam band Superman Is Dead sebanyak 1.000 keping. Menurut Managing Director Sony Music Entertainment Toto Widjojo, tak semua band bisa mengeluarkan piringan hitam.
"Ada kriteria tertentu. Band itu harus punya basis penggemar yang kuat. Kami melihat Superman Is Dead lolos kualifikasi itu. Selain itu, penggemar band itu juga punya daya beli yang tinggi," katanya.
Semangat untuk menyemarakkan lagi bentuk fisik rekaman ini pantas dihargai. Sayangnya, mesin pembuat piringan hitam di Indonesia sudah tidak ada sehingga harus memesannya di luar negeri. Produsernya harus menembus birokrasi pabean yang terkadang menyulitkan. Namun, selama musik masih hidup, piringan hitam tak sekadar artefak dari masa lalu. Ia akan terus berputar, bahkan di era yang serbapraktis ini.... (Herlambang Jaluardi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.