Senang menulis lagu dan menyanyi membuat Rieka ingin mendirikan band sendiri. Alasannya, dia memiliki banyak lagu yang bisa dia nyanyikan sendiri dengan bandnya. Dia ingin masuk ke industri musik Indonesia dalam satu paket lengkap, bukan menyanyikan lagu karya orang lain.
Mereka pun mencari teman yang sepaham dan merekrut pemain baru lalu membentuk band bernama The Groove. Seperti pemusik dan band lainnya, The Groove pun sering tampil di kafe dan mulai tahun 1998 mereka rekaman. The Groove berada dalam satu manajemen dengan Kahitna yang didirikan Yovie Widianto.
Rieka memutuskan bersolo karier pada tahun 2005 karena ingin menampilkan warna musiknya. Selama periode ini, Rieka meluncurkan album Mata Ketiga, Bercerita, Triangle of Life, dan Rendezvous. Dia juga tergabung dalam grup vokal 5Wanita bersama Andien, Nina Tamam, Iga Mawarni, dan Yuni Shara.
Pada tahun 2009, Rieka pun reuni lagi dengan The Groove. Rieka kini bukan hanya penyanyi dan penulis lagu. Perempuan kelahiran Sukabumi, 23 Januari 1970, ini juga menjadi guru vokal yang mumpuni.
—————————————————————————————————
Bagaimana pandangan Anda tentang musik sebagai sarana inspirasi dan bisnis? (Leyla Halida Janufianti, Bandung)
Untuk membuat suatu karya, kita membutuhkan inspirasi. Inspirasi akan melahirkan suatu bisnis. Kita bisa lihat kenyataan sekarang bahwa musik sudah menjadi pasar bisnis yang bagus.
Sekarang banyak orangtua yang mengizinkan anak-anaknya bersekolah di bidang musik agar mereka menjadi musisi andal dan menjadi pekerjaan yang menjanjikan.
Inspirasi itu perlu. Tetapi, saran saya, dalam mengembangkan hal tersebut gunakanlah kejujuran orisinalitas sehingga karya menjadi baik dan positif serta menjadi kekuatan industri seni Indonesia, tidak sekadar instan dan asal jadi saja.
—————————————————————————
Halo Mak Rieka Roslan. Sebagai salah satu penyanyi senior, manggung di kota mana yang paling mengesankan? (Ekamara A Putra, Yogyakarta)
Hampir semua kota saya suka karena setiap kota mempunyai ekspresi yang berbeda-beda. Di Sukabumi saya menyelenggarakan Djuanda Jazz Festival. Saya melihat di kota kelahiran saya, orang dapat menikmati musik yang damai di jalan tanpa pengamanan yang ketat. Saya merasa happy.
—————————————————————————
Bagaimana mencipta harmoni jazz ala Indonesia? (Daryat, Ansa School Semarang)
Udara Indonesia, matahari Indonesia, kearifan lokal Indonesia akan membuat kita tetap menjadi musisi Indonesia, bangga terhadap budaya Indonesia dan menjadi orang Indonesia. Menggunakan bahasa Indonesia dalam berkarya itu pun sudah harmonisasi Indonesia. Begitu pula mempelajari ilmu tradisi dan cara menyanyi, alat-alat tradisi semua itu menjadi kekuatan kita untuk go international.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.