Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kikan Ingin Menginspirasi Banyak Orang

Kompas.com - 04/02/2014, 15:07 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Kikan Namara sebenarnya tidak bercita-cita menjadi penyanyi. Kikan kecil lebih memilih kelak dewasa menjadi pemain piano. Walau ia tak menjadi pemain piano, perjalanan hidup Kikan tak pernah jauh dari dunia seni.

Setelah sukses bersama band Cokelat, lalu memilih mundur demi bisa lebih punya waktu bersama dua buah hatinya, Shira (11) dan Kei (10), penyanyi yang dikenal antara lain lewat lagu berjudul "Benderaku" itu memilih bersolo karier.

Ia mengakui langkahnya mundur dari Cokelat bukan soal mudah. Tumbuh besar bersama para personel band Cokelat selama 14 tahun membuatnya berada di persimpangan jalan saat dihadapkan kepada naluri seorang ibu yang ingin lebih sering berada dekat dengan dua anaknya.

Kikan, yang ikut merintis pendirian Cokelat bersama Ernest (gitar), Erwin (gitar), dan Ervin (drum), merasakan pahit manisnya kehidupan band yang semula indie itu. Dari manggung di kampus tanpa bayaran sampai menjadi salah satu band papan atas di Indonesia.

Sembari membenahi diri dan mengisi hari-harinya dengan ikut bermain dalam drama musikal Ali Topan, penyuka warna hitam itu juga menyiapkan album solo. "Kikan masih ada. Kikan masih bermusik. Sekarang sebagai penyanyi solo dengan musik rock," katanya.

Anda dari seorang musisi/penyanyi tiba-tiba nyambi menjadi disainer grafis perhiasan. Belajar dari mana dan bagaimana caranya?
(Shirlyana Wahyudi, Tangerang-Banten)

Sebenarnya "bekal" aku menjadi desainer grafis adalah pernah menempuh pendidikan di STISI (Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia) di Bandung. Hanya sekitar tiga tahun belajar di sana, tetapi memang sejak lama aku senang menggambar dan sangat tertarik dengan dunia desain.

Bekal ilmu itulah yang banyak membantu aku dalam mengerjakan desain untuk produk-produk aksesori Kinara. Selain itu, aku juga intens memerhatikan tren fashion yang disukai masyarakat karena desain aksesori pastinya sangat berkaitan erat dengan tren fashion.

Apa alasan mendasar Anda mengundurkan diri dari Cokelat yang sudah melambungkan nama Anda? Kolaborasi dengan siapa yang paling berkesan selama bermusik?
(Retno Pratami, Jakarta Timur)

Wah, ini pertanyaan yang sepertinya lumayan mengundang rasa penasaran banyak orang, he-he-he.... Alasan mendasar aku mengundurkan diri dari Cokelat aku ingin punya waktu lebih banyak untuk kedua anakku. Sebetulnya semasa aku masih di Cokelat pun, pihak manajemen sudah mengupayakan sedemikian rupa supaya aku tetap bisa menyeimbangkan porsi antara karier musik dan keluarga.

Tetapi sebagai sebuah band, tentunya semua keputusan yang diambil adalah keputusan bersama sehingga akhirnya aku harus berhadapan dengan dilema yang sulit. Di satu sisi, kesibukan bersama Cokelat sangat menyita waktu dan membuat aku kurang nyaman. Tetapi di sisi lain, aku juga tidak ingin menjadi personel yang menghambat karier Cokelat untuk maju.

Setelah melalui proses pemikiran yang cukup panjang, dengan berat hati aku harus mengambil keputusan mengundurkan diri dari Cokelat pada Maret tahun 2010.

Kolaborasi dengan siapa yang paling berkesan? Sebenarnya sepanjang aku berkarier di dunia musik, ada banyak sekali kolaborasi yang berkesan. Tapi jika harus memilih yang paling berkesan, aku akan pilih kolaborasiku dengan mas Erwin Gutawa di album Tribute to Koes Plus. Di album itu aku menyanyikan satu lagu yang berjudul "Mari Berjoget" ciptaan almarhum Om Murry.

Yang lebih seru lagi adalah saat pengerjaan video klipnya yang dibuat Dimas Djay di area museum transportasi di TMII. Kalau penasaran mau lihat aku yang berbeda, coba lihat di Youtube, he-he-he....

Sebagai artis penyanyi dan pemilik usaha perhiasan, bagaimana kiat keseharian Anda dapat memadukan kedua aktivitas tersebut untuk menuju kesuksesan?
(Mahaji Noesa, Makassar, Sulawesi Selatan)

Sebenarnya aku tidak memerlukan kiat khusus untuk memadukan kedua aktivitas tersebut. Bagiku, yang terpenting bagaimana menyusun prioritas. Sampai hari ini, dunia musik masih menjadi prioritas daripada menjadi desainer aksesori.

Bagaimana Kikan bisa membagi waktu antara karier bernyanyi, bisnis, dan peran sebagai orangtua tunggal dengan dua anak? Adakah keinginan untuk membina keluarga lagi?
(Siti Ina’isa, Surabaya, Jawa Timur)

Yang jelas memang tidak mudah untuk membagi waktu antara karier bermusik, bisnis aksesori, dan sekaligus juga ibu dari dua anak. Apalagi aku juga seorang single parent sehingga menyusun skala prioritas dalam hidup menjadi sebuah keharusan. Kedua anak aku adalah prioritas yang utama.

Pihak manajemen juga sudah paham betul soal ini sehingga semua jadwal pekerjaan harus selalu "mengalah" dengan jadwalku untuk Shira (11) dan Kei (10).

Soal keinginan untuk membina keluarga lagi, tentu saja aku punya keinginan itu. Tapi tentunya keadaannya sekarang sudah jauh berbeda. Artinya dengan keadaaanku sekarang yang memiliki dua anak, aku harus mempertimbangkan lebih banyak hal sebelum mengambil keputusan untuk berkeluarga lagi. Mohon doanya, ya.

Apakah tidak ada kesulitan bagi Anda ketika merangkap tiga kesibukan: menyanyi, jadi pengusaha, dan mengurus keluarga?
(Mohammad Pandu,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta)

Kesulitan menjalankan tiga kesibukan pastinya ada, ya. Kunci utamanya adalah bagaimana aku menempatkan setiap hal berdasarkan prioritas. Aku rasa aku bukan satu-satunya ibu yang juga bekerja di luar rumah yang sering kali didera perasaan bersalah karena harus bekerja meninggalkan anak-anak. Karena itu, aku mencoba sedemikian rupa untuk menerapkan manajemen waktu yang tepat. Hanya dengan begitu, aku bisa menyeimbangkan tiga hal di atas dengan proporsional.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah memberikan pengertian kepada anak-anak tentang pekerjaanku, melibatkan mereka juga di dalam kesibukanku jika memungkinkan sehingga anak-anak bisa memahami kesibukan ibunya tanpa merasa dinomorduakan.

Apakah setelah keluar dari Cokelat Teh Kikan masih sering berhubungan dengan personel Cokelat yang lain?
(Haryo Puspito Arief, Teluknaga Kabupaten Tangerang, Banten)

Hubunganku dengan personel Cokelat yang lain masih baik-baik saja. Walaupun memang kami tidak lagi secara intens berkomunikasi, ya. Semua sudah punya kesibukan masing-masing. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan musik pun sudah hampir tidak pernah. Komunikasi kami lebih banyak lewat sosial media untuk menjaga tali silaturahim.

Sejauh mana kesiapan Kikan dalam menempuh karier baru tanpa band Cokelat? Apa harapan, visi, dan misi ke depan Kikan dengan gelar sebagai penyanyi solo?
(Nur Hafidhoh, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah)

Halo Nur, yang jelas sampai hari ini aku masih terus mempersiapkan diri dalam menempuh karier baru sebagai penyanyi solo setelah resmi mundur dari Cokelat pada tahun 2010.

Jika ditanya seberapa siap, aku rasa aku cukup siap untuk menempuh karier baru ini. Setelah lebih kurang tiga tahun berjalan sendiri, aku banyak mendapatkan pembelajaran dari panggung ke panggung. Aku rasa proses itu tidak akan pernah berhenti. Tentu saja ada respons positif ataupun negatif yang aku dapatkan setelah menjadi penyanyi solo, tapi aku akan terus menerima semua masukan dan kritik untuk memotivasi aku menjadi lebih baik.

Harapan, visi, dan misi aku sebagai penyanyi solo sebenarnya tidak muluk-muluk. Aku ingin bisa menginspirasi banyak orang lewat karya-karya yang aku buat. Aku ingin bisa dikenang oleh penikmat musik Indonesia sebagai salah satu musisi yang memberikan kontribusi positif untuk musik Indonesia.

Soal penampilan, apakah Kikan punya selera sendiri yang dianggap dapat mewakili karakter diri kamu? Biasanya banyak wanita yang mengenakan high heels di acara tertentu, kenapa Kikan tidak suka menggunakannya?
(Jafar Wahid, Pondok Aren Tangerang Selatan, Banten)

Halo Jafar, kalau untuk soal penampilan, kebetulan aku orang yang cukup simpel. Apalagi untuk tampil di atas panggung, yang paling utama untuk aku adalah kenyamanan. Tapi bukan berarti aku senang tampil asal-asalan, ya. Sebisa mungkin aku pasti akan tampil berbeda di atas panggung kalau dibandingkan dengan penampilan sehari-hari.

Untuk acara-acara khusus yang mengharuskan aku tampil lebih glamor atau pun feminin, aku juga cukup fleksibel, kok, asalkan memang aku rasa tidak menghilangkan karakterku.

Aku rasa yang paling mewakili karakter aku adalah warna hitam karena memang itu adalah warna favoritku. Nah, kalau soal high heels, sebetulnya memang karena alasan kenyamanan aja, sih.

Aku tidak anti-high heels, tapi kebetulan di atas panggung aku tidak bisa diam karena itu adalah bagian dari caraku mengekspresikan diri. Kalau pakai high heels, pasti jadi susah kan, he-he-he?

Kikan Namara, kamu pernah mendapat tawaran tampil di atas catwalk memperagakan busana. Namun, tawaran itu kamu tolak, apa alasanmu? Mengapa kamu lebih suka menggunakan celana daripada rok?
(Azizah, Pondok Aren Tangerang Selatan)

Halo Azizah, alasan aku menolak tampil di atas catwalk sebenarnya karena aku merasa tidak cukup percaya diri. Kalau tampil di atas panggung untuk menyanyi mungkin sudah ratusan kali, tapi pasti jauh berbeda kalau harus tampil di panggung catwalk, kan? Seperti bebannya lebih besar karena harus memperagakan baju rancangan orang lain juga.

Aku lebih senang pakai celana daripada rok karena alasan kepraktisan aja, sih. Pakai celana itu lebih bebas bergerak. Tapi pernah juga, kok, beberapa kali aku tampil pakai rok untuk nyanyi walaupun jarang, he-he-he.

Sewaktu saya mendengar Kikan keluar dari Cokelat, seperti saya mendengar John Lennon keluar dari The Beatles (baca: hampir mustahil). Apakah hal ini sudah Mbak Kikan rencanakan sejak lama? Atau ini menjadi breakthrough dalam hidup Mbak?
(Angela Sawangie, Jakarta Timur)

Halo Angela, aku memutuskan mundur dari Cokelat tentunya setelah melalui berbagai pertimbangan yang tidak sedikit. Setidaknya aku perlu waktu sekitar dua tahun sebelum akhirnya mengambil keputusan itu. Tentu sebuah keputusan yang tidak mudah karena aku merintis karier bermusik bersama Cokelat selama kira-kira 14 tahun.

Bagiku, Cokelat adalah keluarga kedua dan juga tempat aku ditempa begitu banyak pengalaman. Aku tidak akan menjadi aku yang hari ini tanpa Cokelat.

Kalau ditanya apakah ini sebuah breakthrough dalam hidupku, tentu saja iya. Saat ini sebagai penyanyi solo, aku harus memulai semua lagi dari nol. Artinya, kalau sebelumnya semua proses kreatif dikerjakan bersama empat kepala yang lain, sekarang ini aku harus mengerjakan semuanya sendiri. Aku rasa ini bukan saja breakthrough untuk aku, tapi juga sebuah breakthrough untuk Cokelat.

Apa yang bisa membuat Kikan termotivasi untuk bisa maju dan sukses dalam berkarier?
(Muhammad K Yusuf, xxxx@axis.blackberry.com)

Yang selalu memotivasi aku untuk bisa maju dalam berkarier ada banyak hal, ya. Yang jelas memang passion aku di musik tidak akan pernah mati. Kecintaan aku pada musiklah yang selalu memacu aku untuk berkarya. Selain itu, pastinya dukungan dari orang-orang terdekatku, baik itu anak-anakku, kedua orangtuaku, dan juga sahabat-sahabat dan teman-teman musisi yang selalu memberikan semangat untuk aku lebih maju lagi.

Hai Mbak Kikan, sekarang Mbak tengah menggeluti bisnis fashion line dalam bentuk aksesori yang didesain sendiri. Terinspirasi dari manakah desain-desain aksesori yang Mbak desain? Mengapa Mbak memilih kain tenun sebagai aksen dalam desain?
(Siti Meriza, xxxx@yahoo.com)

Halo Siti Meriza, kalau inspirasi untuk desain aksesoriku sebenarnya datang dari banyak memperhatikan sekeliling seperti tren yang sedang digemari. Selain itu, inspirasi ada juga yang datang dari keinginan aku untuk mendesain aksesori yang mencerminkan kepribadianku di atas panggung.

Alasan khusus kenapa memilih kain tenun untuk aksesori aku adalah karena aku merasa dulu kain tenun agak kurang diekspos sebagai bahan dasar aksesori. Selain itu, aku pribadi sangat menyukai motif kain tenun yang lebih tegas dan simetris.

Bagaimana Kak Kikan mampu melakukan banyak hal sekaligus dalam waktu terbatas. Kak Kikan bisa melebarkan sayap ke banyak bisnis, tapi kesukaan dalam menyanyi tetap bisa jalan? Nah, Zizi harap, Kak Kikan bisa bagi-bagi tips.
(St Aziziyah, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Madura)

Sebetulnya aku tidak punya tips khusus, kok. Yang terpenting sekali lagi adalah menyusun prioritas dalam hidup kita sendiri. Kalau kita tahu mana yang lebih menjadi prioritas, rasanya otomatis kita akan lebih mudah membagi waktu.

Banyak orang pasti kangen menyaksikan Kikan tampil bareng lagi bersama Cokelat. Adakah rencana untuk mengadakan konser bareng Cokelat dengan tema all reunion?
(Kalis Mardiasih, Blora, Jawa Tengah)

Sampai hari ini belum ada rencana untuk konser bareng Cokelat dengan tema reunion. Tapi aku rasa kemungkinan selalu ada, mungkin aja beberapa tahun ke depan akan ada konser reuni antara aku dan Cokelat. Kita lihat saja nanti.

Ketika membentuk band Cokelat, kenapa dinamakan Cokelat, apa alasannya?
(Hadi Herlambang Prabowo, xxx@yahoo.com)

Yang menemukan nama Cokelat sebetulnya adalah Robert, salah satu eks gitaris Cokelat pada tahun 1996, tepat sebelum band kami akan membuat demo lagu di sebuah studio di Bandung.

Nama Cokelat dipilih karena kami merasa kalau cokelat itu adalah nama makanan yang disukai hampir oleh semua kalangan. (TRI)

Kikan
Nama Lengkap: Namara Surtikanti
Nama Panggilan: Kikan Namara atau Kikan
Lahir: Jakarta, 9 September 1976
Pendidikan: Sekolah Tinggi Seni Rupa dan Desain Indonesia, Bandung
Profesi: penyanyi, pencipta lagu, aktris, pengusaha aksesori dengan produk Kinara
Nama orangtua: Bambang Widjanarko-Indira Damayanti
Nama anak: Shira Allegra dan Kei Sampurna
Mulai aktif bermusik: tahun 1996 dengan membentuk band Cokelat yang merupakan band indie di Bandung
Status Bermusik: penyanyi solo (setelah mengundurkan diri dari band Cokelat pada Maret 2010)
Prestasi:
- Peraih  Anugerah Musik Indonesia sebagai Band Rock Terbaik (bersama band Cokelat)
- Peraih  Anugerah Musik Indonesia sebagai Band Terbaik (bersama Cokelat)
- Peraih MTV Awards sebagai Band Terbaik tahun 2003 (bersama band Cokelat)
Album bersama Band Cokelat:
2000 - Untuk Bintang
2001 - Rasa Baru
2002 - Rasa Baru Special Edition
2003 - Segitiga
2004 - Dari Hati
2006 - The Best of-Tak Pernah Padam
2006 - Untukmu Indonesiaku
2008 - Panca Indera
2010 - Bukanlah Itu
Karya Solo: Single lagu berjudul ”Serasa" tahun 2012
(Sumber: Manajemen Kikan/TRI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com