Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"SUCI 4": Mari Menertawakan Indonesia

Kompas.com - 30/06/2014, 13:06 WIB

Secara teknis, Indro menilai para grand finalis Suci 4 sama-sama kuat. Materi apa saja bisa mereka garap dengan menarik. Indro mencatat satu kemajuan penting, yaitu David dan Abdur sama-sama mampu secara dewasa melihat persoalan di daerah masing-masing, menghadirkan materi komedi yang berisi, punya misi, dan mencerdaskan. Bukan sekadar tontonan yang lucu.

Kacamata baru
Bagaimana pun, David dan Abdur tentu berbeda dan memiliki kekuatan masing-masing. Itu terlihat ketika keduanya sama-sama merespons tantangan tema "Jakarta". David dengan segenap kebetawiannya berkisah tentang ulang tahun Jakarta, berikut Pekan Raya Jakarta yang menyertainya.

"Ada yang pernah ke PRJ?" David mengawali obrolannya. ”Tiket masuknya Rp 30.000, padahal gue punya keponakan 15 biji. Gue punya duit gopek (Rp 500.000), 15 keponakan udah Rp 450.000, sisa Rp 50.000, mau ngapain coba? Nonton? Nontonin orang belanja. Giliran belanja, belanjanya kerak telooor....”

Abdur lahir di Kupang, besar di Nusa Tenggara Timur, menimba ilmu di Malang, Jawa Timur. Semua pengalaman itu membuat Abdur jeli mengolok Indonesia yang melulu Jakarta. ”Media-media besar isinya melulu keluhan orang Jakarta. Kami di timur sampai tahu keluhan kalian di sini, banjir, macet, macam-macam. Banjir, kelebihan air di sini, diliput. Kami, kekurangan air, luput!”

David pintar memarodikan narasi-narasi kecil tentang Betawi menjadi parodi yang memantik tawa. Kejelian melihat keseharian dan mengolahnya jadi pelatuk tawa, itulah yang mengantar David menjadi juara I Stand Up Comedy Indonesia musim 4.

Namun, kita juga harus berterima kasih kepada Abdur yang lincah memilin narasi-narasi besar persoalan Indonesia menjadi lelucon. Abdur memang kerap terlalu sepenuh hati "membajak" panggung open-mic jadi panggung sikap politiknya yang kritis, lugas, bahkan pedas. Namun, ia tetaplah komika yang jenaka dan mampu memikat orang untuk memakai kacamata baru dalam menertawakan Indonesia.

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang berani menertawai diri sendiri," kata Indro. (Aryo Wisanggeni/XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com