Tony juga memuja Bob Marley, tapi dia tidak mau menjadi seperti Marley. Tony yang belajar musik dan menyanyi secara otodidak tetap menjadi Tony Q yang orang Jawa, rendah hati, berlogat Jawa yang medok. Bahkan ketika bernyanyi dalam bahasa Inggris, misalnya saat mengucap lop untuk love.
Satu teladan yang dipetik dari Bob Marley adalah kesungguhannya dalam pilihan. Maka, sejak Tony “beriman” pada musik reggae, dia pun menghabiskan sebagian besar waktunya untuk reggae. Segala hal ihwal tentang reggae ia pelajari, baik reggae sebagai musik maupun anasir-anasir lainnya yang mengikuti perkembangan musik tersebut. Bahkan ada satu lagu Bob Marley, yaitu “Get Up Stand Up” yang sempat diaransemen ulang dengan gaya dan “rasa” Indonesia, sempat dijadikan penelitian skripsi mahasiswa ISI Yogyakarta Jurusan Ethnomusicology.
Bertanyalah kepada Tony muasal musik reggae, maka pemilik rambut gimbal ini akan lancar berkisah, reggae adalah pemahaman orang-orang Jamaika yang mengagumi musisi-musisi hitam Amerika yang memainkan rhythm and blues. “Dengan caranya sendiri yang khas, orang-orang Jamaika mengapresiasi musik R n’ B yang dimainkan oleh orang-orang hitam Amerika. Yang istimewa adalah, pemahaman itu akhirnya justru muncul sebagai lokal genius Jamaika, seperti halnya orang Indonesia melahirkan dangdut sebagai apresiasi terhadap musik Melayu dan India,” ujar Tony.
Tony juga bisa menunjuk bahwa almarhum Murry yang pernah tergabung dengan grup legendaris Koes Plus adalah orang pertama yang memukul drum dengan gaya reggae. “Roots-nya, teknik pukulannya, semuanya reggae, Murry itulah drumer Indonesia yang memainkan reggae pertama kali. Berikutnya, di tahun 80-an, ada juga penyanyi Nola Tilaar, Anci Larici, dan beberapa nama lainnya menyanyikan lagu pop secara reggae, dan tak ketinggalan adalah Arie Wibowo dengan Bill and Brod-nya melalui lagu 'Madu dan Racun',” terangTony.
Ngobrol dengan Tony adalah sebuah ritual yang menyenangkan. Kopi kental dan rokok adalah pelengkap menu kami menghabiskan malam-malam di Bulungan. Sekali waktu, tahu gejrot yang dijajakan secara keliling oleh penjualnya yang mengaku berasal dari Cirebon adalah menu tambahan yang kami suka. “Jangan pedes-pedes ya,” begitu selalu pesan Tony kepada tukang tahu gejrot.
Lalu, sambil mengudap tahu gejrot dengan aroma bawang putih yang menyengat, Tony pun bercerita tentang substansi musik reggae. Menurut dia, ruh musik reggae terletak pada bas. “Jika pemain bas reggae tidak cerdas, maka boleh dipastikan musiknya bakal membosankan karena monoton. Itu sebabnya, basis reggae dituntut untuk lebih kreatif dibanding pemegang instrumen lainnya,” Tony mengungkap.
Selagi kami asyik ngobrol, muncul Joko Joker, komedian yang juga penyanyi Bulungan. Rupanya Joko sedang membicarakan album miliknya yang diproduseri dan musiknya digarap oleh Tony. Segera Joko memutar contoh demo rekaman hasil garapan Tony. Mendengar hasil rekaman itu, saya pun terpingkal-pingkal, lantaran musik garapan Tony mengingatkan saya pada para musisi jalanan yang cuma berbekal kotak berdawai karet yang bunyinya dang dung dang dung, ya ya.... Sebuah aransemen yang cerdas, unik, dan menggelitik. Tony rupanya telah menggarap aransemen musiknya sesuai dengan karakter vokal Joko yang bersahaja. “Justru kesderhanaan aransemen dan vokal Joko itulah yang jadi kekuatan album ini,” terang Tony.
Begitulah Tony, selalu ringan tangan untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Tukul adalah salah satu orang yang pernah merasakan manisnya berkawan dengan Tony. Kala Tukul masih susah hidupnya, Tony pula yang memberinya bantuan. Pun saat Joko Joker membutuhkan bantuan mengaransemen musik bercorak komedi, Tony Q dengan senang hati membuatkan aransemen musik yang unik buat Joko.
@JodhiY
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.