Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habis Mitoni Terbitlah Baby Shower

Kompas.com - 19/05/2015, 19:04 WIB

Seperti pada upacara-upacara lainnya, titik perbedaan yang menyolok antara tradisi timur dan barat adalah pada pemaknaan. Barat, seperti yang terlihat pada acara baby shower, lebih menekankan pada hal-hal artifisial, pada kulit. Sementara pada tradisi Timur, lebih menekankan kepada kedalaman dan spiritualitas. Sehingga yang banyak dimunculkan adalah simbol-simbol yang mewakili doa dan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tentu, kita tidak bisa menghindari saling pengaruh memengaruhi antar budaya. Sejak dahulu hingga kini hal tersebut terus terjadi. Itulah sebabnya kita sekarang mengenal hari valentine, april mop, Halloween, dan lain-lainnya yang datang dari barat.

Dari berbagai definisi tentang kebudayaan dapat diperoleh pengertian, bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Well, kita memang tak perlu cemas-cemas amat ketika sebuah budaya baru masuk. Percayalah, masyarakat sudah tahu bagaimana harus bersikap. Jika budaya baru tak sesuai dengan keyakinan, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, tentu kebudayaan tersebut tidak akan membesar. Paling-paling, produk budaya tersebut hanya akan di"pakai" oleh sekelompok orang.

Pada budaya baby shower, para "pemakainya" tentulah mereka yang sudah mapan secara sosial dan ekonomi. Maklumlah, untuk menyelenggarakan acara ini konon dihabiskan anggaran sekira tiga sampai lima juta rupiah.

Demikian pula untuk acara mitoni, sekarang ini rasanya sudah menjadi peristiwa yang mewah untuk kalangan menengah ke bawah. Selain membutuhkan uang yang tidak sedikit, juga memerlukan ruang yang cukup luas agar upacara berlangsung dengan hikmat.

Keinginan dan kebutuhan masyarakat itulah kuncinya. Jika masyarakat memang menginginkan dan membutuhkan terselenggaranya sebuah upacara untuk mendapatkan spirit hidup, tentulah upacara tersebut akan terus berlangsung. Sebaliknya, jika masyarakat tidak menginginkan dan membutuhkan, pastilah upacara itu akan ditinggalkan dan lenyap ditelan zaman. Seperti yang terjadi pada beberapa tradisi kita yang kini tinggal cerita, misalnya: tradisi sedekah laut, sedekah bumi, serentaun, dan lain-lain.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com