JAKARTA, KOMPAS.com – Penampilan grup legendaris God Bless di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (10/6/2015) malam, syahdu dengan permainan akustik. Tidak ada bunyi drum dinamis, tetapi diiringi petikan bas, gitar, dan irama keyboard.
God Bless tampil tanpa sang pemain bas, Donny Fattah, dan hanya dengan formasi Achmad Albar (vocal), Ian Antono (Gitar), dan Abadi Soesman (Keyboard). Mereka membawakan lima lagu sebagai repertoar mereka malam itu menyemarakkan acara Malam Penghargaan Cerpen Kompas 2014.
Sesudah kelompok teater boneka Papermoon Puppets beraksi di atas panggung, God Bless membuka penampilan dengan lagu syahdu "Balada Sejuta Wajah" yang diambil dari album kedua mereka yang bertajuk Cermin. Penonton yang memadati halaman Bentara Budaya Jakarta pun ikut bersenandung mengikuti harmonisasi permainan gitar Ian Antono, permainan keyboard dari Abadi Soesman, dan suara kharismatik Achmad Albar atau Iyek.
"Senang sekali bisa tampil di sini. Terima kasih udah datang. Karena tampil akustik, kami bakal bawain lagu-lagu ballad deh. Lagu tadi lagu yang udah cukup tua ya, tahun 80-an," kata Iyek sesudah lagu pertama dibawakan.
Tak mau berlama-lama, God Bless lalu membawakan lagu "Getting Old" yang mereka cover dari James Gang.
"Wah untung yang datang kebanyakan pada seumuran kami semua ya. Pada tau enggak lagu tadi. Itu tahun 70-an lho lagunya. Udah pada lahir belum tahun segitu?" candanya diikuti tawa dan jawaban belum dari penonton.
Vokalis berambut kribo itupun menimpali jawaban penonton dengan kata-kata yang semakin membuat penonton tertawa terbahak-bahak. "Sama, saya juga belum lahir ha ha ha," ujarnya.
Gelak tawa penonton berubah menjadi suasana syahdu kembali ketika di lagu ketiga, God Bless membawakan lagu "Syair Kehidupan". Suasana syahdu tersebut juga dibalut dengan koor massal dari penonton yang tanpa aba-aba ikut bernyanyi penuh penghayatan.
"Terima kasih semua. Dulu kami sering berdiskusi dengan para jurnalis untuk bikin lagu. Mereka banyak membantu karier kami. Nah lagu selanjutnya liriknya ditulis oleh sastrawan Taufik Ismail dan lagunya ditulis oleh Ian Antono. Ayo kalau mau nyanyi bareng," ujar Iyek kembali diikuti suara sumringah dari penonton yang tahu lagu apa yang akan dibawakan selanjutnya.
Tak lama berselang, "Panggung Sandiwara" mereka geber. Koor massal kembali tercipta. Interaksi antara penonton dan Iyek pun tercipta di kala Iyek mengomandoi penonton dalam menyanyikan setiap lirik "Panggung Sandiwara" yang begitu anthemic.
Kelar "Panggung Sandiwara" dibawakan dengan begitu magis, lagu anthemic lain yaitu "Rumah Kita" yang liriknya ditulis oleh wartawan senior Theodore K.S dibawakan.
"Lagu ini liriknya ditulis Theodore K.S. Judulnya 'Rumah Kita'," ucap Iyek.
Penonton pun kembali bersorak girang. "Rumah Kita" berhasil membuat penonton melakukan aski koor massal, bahkan lebih keras dari lagu sebelumnya. Iyek sempat turun panggung dan mengajak penggiat kegiatan seni, Dik Doank, yang juga hadir malam itu untuk bernyanyi bersama.
"Terima kasih, sampai jumpa lagi," ujar Iyek menutup penampilan God Bless.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.