Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2015, 22:22 WIB
Tak sadar merasuki
Daniel Oscar Baskoro (23) menjalani tahun 2013-2014 dengan penelitian bersama Google. Aplikasi mitigasi bencana yang bisa terbaca melalui perangkat kacamata dan jam tangan digital adalah hasilnya. Ia meraih penghargaan dari AT&T dan IBM di Silicon Valley, AS, sebagai Best Public Safety Application.

Ketekunan di bidang informasi berbasis teknologi mengantarnya bekerja sebagai anggota staf konsultan riset Pulse Lab, Jakarta, di bawah kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jakarta sejak Februari 2015. Waktu itu, ia sedang merampungkan skripsi tentang big data di Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wisudanya pada 19 Agustus ini.

Bekerja di lembaga dunia itu adalah keinginannya.

"Lebih enak di sini (PBB) karena bisa langsung menyentuh permasalahan masyarakat dan memberi solusi," kata Oscar seusai rapat bersama tim dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Oscar sedang mengerjakan proyek bertanda pagar #kaki5JKT dengan mendata lokasi dan keunikan dagangannya untuk ikon pariwisata Jakarta. "Bukan untuk digusur," ujarnya.

Sebelumnya, ia mendatangi Nusa Tenggara Barat, menguji coba aplikasi pendataan tingkat stres pelajar. Data itu terbaca melalui sistem operasi Android pada jam tangan pintar yang dikenakan siswa untuk dicarikan solusi oleh pihak terkait.

Cerita lain datang dari Calvin Kizana, pembuat aplikasi fotografi pada gawai yang dinamai PicMix tahun 2012. Kini, PicMix mempekerjakan 26 orang di Jakarta dan Yogyakarta.

"Anak bangsa bisa buat terobosan yang bersaing di pasar global," ujar Calvin yang menampilkan kekhasan Indonesia di produknya.

Hal serupa dilakukan Dito Suwardita, Direktur Pelaksana Proyek DreadOut, permainan elektronik untuk komputer pribadi yang dikembangkan Digital Happiness, studio pengembang permainan di Bandung. Dibuat dengan biaya 200.000 dollar AS, penjualan permainan mencapai titik impas hanya dalam waktu dua bulan.

Sebanyak 48 persen pembeli permainan berasal dari AS, diikuti Rusia (22 persen). Pembeli di Indonesia sejumlah 4 persen, hampir sama banyak dengan Jepang dan Korea Selatan.

Produser DreadOut Rachmad Imron tidak memiliki niat muluk-muluk mempromosikan Indonesia. Ia melakukannya secara natural dan merasuk secara tidak sadar. (HEI/TRI/SIE/ELD) 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com