Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2015, 22:22 WIB
Rawat dan hidupi
Band White Shoes and the Couples Company (WSATCC) juga asli Indonesia walau memakai nama asing. Mereka tidak punya lagu yang eksplisit melantangkan kecintaan pada Indonesia. Mereka terinspirasi musik dan lagu latar film Indonesia, seperti film Tiga Dara. Pengaruh itu mereka ramu dengan corak Barat, seperti surf rock dan psychedelic pop. Dengan formulasi itu, WSATCC menyanyikan lagu daerah di album mini produksi 2013 silam. Banyak kebaruan di situ.

Mereka merekam lagu "Tjangkurileung", "Lembe-lembe", "Te O Rendang O", dan "Tam Tam Buku". Rekaman dikerjakan di Studio Lokananta, Solo. Mereka cintai Indonesia dengan merawat dan menghidupi, tidak cuma marah-marah saat lagu daerah "pergi".

Upaya merawat Indonesia juga ditempuh Rama Widi (29), pria Indonesia pertama yang menjadi harpist setelah belajar musik harpa di Vienna Conservatory tahun 2004. Sekalipun bukan dari negeri yang akrab dengan harpa, Rama dinilai mampu menguasai alat itu. Ia dipercaya bermain dalam Vienna Jazz Festival; konser solo di Arkadenhof Rathaus, Austria; dan mewakili Indonesia dalam The 18th International Harp Contest di Israel. Tahun 2016, ia akan tampil solo di Austria.

Sejumlah prestasi diraihnya di luar negeri. Rama selalu tampil dengan baju khas Indonesia, seperti batik dan tenun.

"Tiap kali usai tampil, banyak orang menanyakan permainan saya, sekaligus ingin tahu baju yang saya pakai. Itu jadi kesempatan mengenalkan Indonesia," kata Rama yang mengajar harpa di Universitas Mahidol, Thailand.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com