Menurut Dhani, mereka yang mencelanya itu tak memahami maksud pernyataannya, yang disampaikannya melalui akun Twitter-nya pada Kamis (14/1/2016).
"Sebenarnya saya enggak tahu, tetapi kata mama saya banyak yang mem-bully," kata Dhani dalam jumpa pers di kediamannya di Pondok Indah, Jakarta Selatan, Minggu (17/1/2016).
"Untuk mereka yang mem-bully, yang menganggap saya penakut dan lain-lain, mereka sebenarnya cukup delusional karena saya ini termasuk musisi yang terdepan dalam menghalau pemikiran radikalisme," katanya lagi.
Sebagai bukti, Dhani menyebut bahwa ia pernah dikirimi bom buku pada Maret 2011.
"Jadi, saya adalah musisi yang terdepan dalam menghalau radikalisme. Kalau enggak gitu, saya enggak dikirimi bom buku waktu itu," ucapnya.
"Mereka juga cukup delusional karena mereka enggak mengikuti sejarah. Tahun 2005 saja itu saya udah nyiptain lagu judulnya 'Laskar Cinta'. Itu lagu yang melawan pemikiran radikalisme," sambungnya.
"Tahun 2006 saya bahkan ada di Departemen Pertahanan AS untuk menjelaskan radikalisme di depan jenderal-jenderal. Untuk orang-orang yang ngerti kisah saya itu, mereka akan membaca bahwa tweet saya itu tweet yang cerdas," ucapnya lagi.
"Untuk mereka yang ahistoris, ya mereka akan mengejek saya. Mereka tidak paham soal radikalisme dan perjalanan saya. Bisa juga mereka lupa bahwa saya dulu juga pernah diberi bom buku," tekannya.
Dhani sebelumnya memberikan penjelasan bahwa tweet permintaan maaf kepada ISIS yang ia tulis itu merupakan sebuah satire atau sindiran.
"Maksudnya gini, hubungan ISIS sama Indonesia itu apa? Dari singkatan aja, terbukti banyak orang enggak tahu ISIS itu singkatannya apa," tuturnya.
"Bangsa ini, seperti kata Plato, lack of intellectuality. Bahkan, dari ISIS aja banyak yang enggak tahu artinya. Terus, bagaimana mereka bisa ngomentarin tweet saya, gitu, lho," lanjutnya.
"Yang saya maksud, ISIS sama Indonesia kan enggak ada hubungannya. Kalau saya nge-tweet mau minta maaf itu sebenarnya sindiran, ngapain kita minta maaf ke ISIS kalau enggak ada hubungannya," ujarnya.
"Di tweet itu kan ada tanda tanyanya, apa perlu kita minta maaf? Apa salah kita? Gitu, kan?" ujarnya lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.