JAKARTA, KOMPAS.com -- Bersaing dengan sembilan film pendek dari seluruh dunia dalam Critic's Week Festival Film Cannes 2016, membuat kru film Prenjak sempat merasa pesimistis.
"Kami di Cannes berkompetisi dengan sembilan film pendek lain dari Brasil, Perancis, Portugal, dan Yunani, dan semua film itu bagus-bagus," ucap sang sutradara, Wregas Bhanuteja, dalam konferensi pers film Prenjak di Plaza Senayan XXI, Jakarta Selatan, Jumat (27/5/2016).
"Ketika kami nonton itu kami sedikit kayak jiper (ciut nyali). Waduh, kok ternyata film kami paling sederhana," tambahnya.
Pasalnya, Wregas menilai kesembilan film pendek lainnya itu memiliki keunggulan dari sinematografi dan cerita yang lebih kuat dari Prenjak.
Apalagi kata dia, di antara film-film tersebut ada satu dari Yunani yang mampu membuat cerita paus terdampar di pantai tanpa menggunakan teknologi animasi computer graphic image (CGI).
Wregas menilai, para sineas tersebut kemungkinan menggunakan kamera profesional yang lebih besar, sementara tim produksi Prenjak hanya memakai kamera pinjaman dari ayah salah seorang pemain film mereka.
"Semua pake bahasa sinema eksperimental menurut negara mereka masing-masing. Ketika awarding night itu kami berpikir pasti film dari Yunani itu menang. Budget-nya pasti berkali lipat dari kami," katanya.
"Tapi pas diumumkan kami yang menang, kaget banget," tambahnya sambil tersenyum.
Prenjak berdurasi 12 menit dan berkisah tentang Diah (Rosa Winenggar), seorang wanita yang sedang membutuhkan uang dalam waktu cepat.
Dia kemudian menjual korek api seharga Rp 10.000 per batang ke teman kerjanya, Jarwo (Yohanes Budyambara).
Sedikit mirip dengan kisah gadis penjual korek api, ketika menyalakan setiap batang korek itu maka Jarwo dapat melihat salah satu bagian tubuh Diah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.